Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Asal Mula Kayangan Api di Kota Bojonegoro

image-gnews
Taman wisata Kayangan Api. catatanhariankeong.com
Taman wisata Kayangan Api. catatanhariankeong.com
Iklan

TEMPO.CO, Bojonegoro - Saya ingin berbagi cerita tentang sejarah atau asal mula Kayangan Api yang berada di Kota Bojonegoro Jawa Timur. Mungkin, banyak wisatawan yang kurang mengetahui asal muasal tempat yang dikunjunginya, oleh sebab itu di sini saya memaparkan cerita dari penuturan warga sekitar tentang asal mula Kayangan Api.  

Menurut cerita warga dulu terdapat seorang pembuat benda pusaka Kerajaan Majapahit bernama Mbah Kriyo Kusumo. Setelah bertahun-tahun membuat benda pusaka di perkampungan, Mbah Kriyo Kusumo kemudian bertapa dan tirakat di tengah hutan. Dia membawa api dan menyalakannya di bebatuan, tepat di sebelah tempatnya bersemedi. Api itulah yang menyala hingga saat ini dan menjadi cikal bakal Kayangan Api di Kota Bojonegoro.

Selain ada Kayangan Api di sebelah barat sumber api terdapat kubangan lumpur yang berbau belerang yang biasa di sebut warga Sumur Blekutuk. Menurut kepercayaan saat itu Mbah Kriyo Kusumo masih beraktivitas sebagai pembuat alat-alat pertanian dan pusaka seperti keris, tombak, cundrik dan lain-lain. 

Mbah Kriyo Kusumo atau Empu Supa atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Pande yang berasal dari Kerajaan Majapahit. Ada bukti historis penting yang menguatkan kahyangan api dengan ditemukannnya 17 lempeng tembaga yang berangka 1223 / 1301 Masehi. 

Penemuan prasati di Desa Mayangrejo, Kecamatan Kalitidu pada 12 Maret 1992 tersebut, berbahasa Jawa Kuno yang menurut penelitian berasal pada zaman Raja Majapahit I yakni, Kertarajasa Jaya Wardhana. Isi dari prasasti tersebut, adalah pembebasan desa Adan-adan dari kewajiban membayar pajak dan juga ditetapkannya daerah tersebut sebagai sebuah sima perdikan atau swantantra. 

Penghargaan ini diberikan oleh Raden Wijaya terhadap salah satu rajarsi (pungawa, red) atas jasa dan pengabdiannya yang besar terhadap Kerajaan Majapahit saat itu. Dan rajarsi tersebut tidak lain adalah Empu Supa yang lebih masyur dengan sebuatan Mbah Pande.  

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut cerita, api tersebut hanya boleh diambil jika ada upacara penting seperti yang telah dilakukan pada masa lalu, seperti upacara Jumenengan Ngarsodalem Hamengku Buwono X dan untuk mengambil api melalui suatu prasyarat yakni selamatan atau wilujengan dan tayuban dengan gending eling-eling, wani-wani dan gunungsari yang merupakan gending kesukaan Mbah Kriyo Kusumo. Oleh sebab itu ketika gending tersebut dialunkan dan ditarikan oleh waranggono atau penembang macapatan, tidak boleh ditemani oleh siapapun. 

Kepercayaan tersebut, dipegang teguh oleh masyarakat Bojonegoro. Ini terbukti, pada acara ritual pengambilan api tersebut juga dilakukan digelar. Terlebih, pengambilan api PON yang pertama dilakukan dipimpin oleh tetua masyarakat yang dipercaya pada saat itu. Sementara untuk prosesi tersebut meliputi, asung sesaji (menyajikan sesaji) dan dilanjutkan dengan tumpengan (selamatan). 

Pada hari-hari tertentu terutama pada hari Jumat Pahing banyak orang berdatangan di lokasi tersebut untuk maksud tertentu seperti agar usahanya lancar, dapat jodoh, mendapat kedudukan dan bahkan ada yang ingin mendapat pusaka. Acara tradisional masyarakat yang dilaksanakan adalah Nyadranan (bersih desa) sebagai perwujudan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa.

Artikel ini sudah tayang di catatanhariankeong

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


3 Abad Lebih Kabupaten Bojonegoro, Ini Deretan 7 Kuliner Khasnya Wajib Dicicipi

21 Oktober 2023

Nasi Flambe. budaya-indonesia.org
3 Abad Lebih Kabupaten Bojonegoro, Ini Deretan 7 Kuliner Khasnya Wajib Dicicipi

Kabupaten Bojonegoro punya hari jadi pada 20 Oktober 1677 silam, atau genap berusia 346 tahun. Ini kuliner yang wajib dicicipi jika mengunjunginya.


Kabupaten Bojonegoro Menapaki 346 Tahun, Berikut 6 Destinasi Wisata Wajib Dikunjungi

20 Oktober 2023

Air Terjun Kedung Gupit. direktoripariwisata.id
Kabupaten Bojonegoro Menapaki 346 Tahun, Berikut 6 Destinasi Wisata Wajib Dikunjungi

Kabupaten Bojonegoro juga memiliki sejarah, kuliner, dan sumber daya alam melimpah yang banyak dijadikan sebagai obyek pariwisata.


Mudik 2017, Bus Gratis Pemudik Jakarta-Bojonegoro Mulai Datang

22 Juni 2017

Suasana mudik gratis yang diselenggarakan Jasa Raharja di Parkir Timur Senayan, Jakarta, 11 Juli 2015. Jasa Raharja menyediakan 500 bus dan 3 rangkaian kereta api untuk mengangkut sekitar 30 ribu lebih pemudik dengan 64 kota tujuan berbeda. Tempo/Aditia Noviansyah
Mudik 2017, Bus Gratis Pemudik Jakarta-Bojonegoro Mulai Datang

Bus mudik gratis bagi para pemudik dari Jasa Raharja dan Pelindo sudah mulai masuk ke Bojonegoro.


Demokrat Bojonegoro Sebut Gambar AHY Bukan untuk Pilgub Jatim

6 Juni 2017

Cagub DKI Jakarta, Agus Harimurti Yudhoyono disambut oleh para relawan sebelum dimulainya konsolidasi DPD Partai Demokrat Provinsi DKI Jakarta di IS Plaza, Jakarta, 5 Oktober 2016. TEMPO/Subekti
Demokrat Bojonegoro Sebut Gambar AHY Bukan untuk Pilgub Jatim

DPC Partai Demokrat Bojonegoro menyebutkan 700 lembar spanduk dan baliho gambar Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bukan untuk Pilkada Jawa Timur.


Kasus Korupsi E-KTP, Jaksa Agung Siap Bantu KPK

10 Maret 2017

Jaksa Agung HM Prasetyo dalam paparannya saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi III DPR RI di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, 21 April 2016. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Kasus Korupsi E-KTP, Jaksa Agung Siap Bantu KPK

Jaksa Agung Muhammad Prasetyo mengatakan pihaknya siap membantu KPK menangani kasus korupsi e-KTP, jika dibutuhkan.


Bojonegoro Dekati Siaga Merah Banjir Bengawan Solo  

26 November 2016

Sejumlah warga menerobos genangan banjir akibat luapan Sungai Bengawan Solo di Desa Ledokwetan, Kecamatan Kota, Bojonegoro, Jatim, Sabtu (16/2) malam. ANTARA/Aguk Sudarmojo
Bojonegoro Dekati Siaga Merah Banjir Bengawan Solo  

Posisi siaga tiga banjir Bengawan Solo di Bojonegoro diperkirakan terjadi pada Sabtu malam.


Menteri Asman: 60 Persen Aparatur Negara Hanya Juru Ketik  

19 Oktober 2016

Asman Abnur, Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. TEMPO/Subekti
Menteri Asman: 60 Persen Aparatur Negara Hanya Juru Ketik  

Aparatur sipil negara (ASN) tidak boleh melarat.


Bojonegoro Kirim SAR Bantu Cari 7 Santri Langitan  

8 Oktober 2016

google
Bojonegoro Kirim SAR Bantu Cari 7 Santri Langitan  

BPBD Bojonegoro hari ini mengirimkan tim SAR dilengkapi satu perahu karet untuk ikut membantu mencari tujuh santri yang tenggelam.


Dewan Kepurbakalaan Kumpulkan Ribuan Fosil di Bojonegoro

13 September 2016

Fosil gajah (Elephas Hysundrincus) dari Jateng ke museum Geologi Bandung, Jawa Barat, Rabu (8/4). Fosil yang hidup kisaran 700-800 ribu tahun lalu, merupakan fosil gajah terlengkap yang pernah ditemukan. ANTARA/Agus Bebeng
Dewan Kepurbakalaan Kumpulkan Ribuan Fosil di Bojonegoro

Koleksi meliputi bagian fosil binatang seperti kepala dan gading stegodon (gajah purba), banteng dan kuda nil purba.


Watu Jago, Jalur Alternatif Mudik untuk Hindari Kemacetan Pantura

18 Juni 2016

Pemudik dengan kendaraan roda dua membawa anaknya saat melintasi jalur pantura di Karawang, 14 Juli 2015. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta pemudik yang menggunakan sepeda motor tidak membawa anak, karena sangat membahayakan. TEMPO/Dian Triyuli Handoko
Watu Jago, Jalur Alternatif Mudik untuk Hindari Kemacetan Pantura

Selain jalur Watu Jago, pemudik di jalur Pantura, tepatnya di Tuban, bisa menggunakan jalur tengah.