Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Benarkah Piala Dunia 2018 Terburuk?

image-gnews
Ekspresi penyerang Inggris, Harry Kane, setelah dikalahkan Kroasia dalam pertandingan semifinal Piala Dunia 2018 di Stadion Luzhniki, Moskow, Rusia, 12 Juli 2018. AP
Ekspresi penyerang Inggris, Harry Kane, setelah dikalahkan Kroasia dalam pertandingan semifinal Piala Dunia 2018 di Stadion Luzhniki, Moskow, Rusia, 12 Juli 2018. AP
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang teman mengatakan bahwa ini adalah Piala Dunia terburuk sepanjang yang ia tonton. Itu artinya, ini adalah ajang Piala Dunia terburuk sepanjang dua dasawarsa atau 20 tahun terakhir. Argumennya cukup kuat. Dari lima negara terkuat dalam ranking FIFA, hanya satu (Belgia) yang lolos ke semifinal. Jika diteruskan sampai 10 besar, hanya ada tambahan Prancis di semifinal. Itu baru dari sisi negara. Dari sisi pemain, semi final Piala Dunia 2018 ini hanya diikuti oleh satu dari 10 pemain terbaik (Eden Hazard).

“Piala Dunia 2018 macam apa ini yang hanya diikuti oleh negara kelas dua dan pemain-pemain yang kurang mencorong,” kata dia beralasan. Menurutnya, ini adalah Piala Dunia KW. Kualitasnya  perlu diragukan. “Apa lagi yang perlu ditonton dari pemain-pemain yang tidak berada di papan atas itu?”

Saya, tentu saja, membantah hal itu. Pertama, saya sejak dulu menyukai kejutan dan karenanya yang mencintai tim-tim underdog. Bukan sok anti-mainstream, tapi mengunggulkan tim-tim kuat itu kurang seru, tidak sering deg-degan dan sport jantung. Kalau kalah ngenes, kalau menang ya sudah sewajarnya. Kejutan dari tim kelas dua itu seperti petasan yang bikin kaget dan riang.

Ada juga alasan lain. Saya menginginkan ada sesuatu yang baru. Menambah bintang di dada pemain Brasil itu tidak mengubah tatanan dan percaturan dunia sepakbola. Ya, status quo. Sebagai seorang Leo yang revolusioner, saya kurang menyukai status quo.

Lalu bagaimana dengan alasan teman saya yang masuk akal itu?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kalau kita membaca statistik seperti dia membacanya, memang apa yang dia sampaikan masuk akal. Tapi, turnamen bola seperti Piala Dunia kan bukan rapor sekolah hasil akumulasi dari tugas-tugas harian dan mingguan sepanjang tahun. Turnamen adalah sebuah kompetisi dalam waktu tertentu. Siapa yang bisa memanfaatkan waktu singkat itu, dia yang akan berhasil.

Piala Dunia itu mirip dengan ujian nasional untuk anak-anak SD-SMA. Ujian sesaat yang tidak bisa dipakai untuk mengukur prestasi dan performa secara general. Tidak adil, tentu saja (karena itu saya menentang UN sebagai standar kelulusan sekolah). Karena ada banyak faktor yang berpengaruh hingga hasil yang didapat bisa saja berbeda. Misalnya, pelatih. Nasib sial yang dialami oleh Argentina, tentu saja tidak akan terjadi jika mereka memiliki pelatih yang kepala botaknya punya lebih banyak ide dibanding sekadar mencak-mencak di pinggir lapangan.

Untungnya, hidup tidak seperti Piala Dunia. Keberhasilan kita tidak ditentukan oleh sebuah kompetisi sesaat, tapi dari sebuah perjuangan terus menerus sepanjang waktu. Beda dengan sepakbola, kita tidak dinilai dari gol yang tercipta, tapi dari usaha yang kita lakukan.

Artikel sudah tayang di Almuslim.co

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Legenda Sepak Bola Jerman dan Klub Eintracht Frankfurt, Bernd Holzenbein Meninggal di Usia 78 Tahun

2 hari lalu

Legenda sepak bola Jerman, Bernd Holzenbein. FIFA
Legenda Sepak Bola Jerman dan Klub Eintracht Frankfurt, Bernd Holzenbein Meninggal di Usia 78 Tahun

Bernd Holzenbein menjadi bagian dari generasi emas sepak bola Jerman yang menjadi juara Piala Dunia 1974.


Dipertahankan Bayer Leverkusen, Simak Profil Granit Xhaka

3 hari lalu

Pemain Bayer Leverkusen Granit Xhaka berselebrasi. REUTERS/Kai Pfaffenbach
Dipertahankan Bayer Leverkusen, Simak Profil Granit Xhaka

Direktur olahraga Bayer Leverkusen Simon Rolfes memastikan Florian Wirtz dan Granit Xhaka akan bertahan di klub itu


Beri Sinyal Kembali Latih Timnas Vietnam, Ini Profil Park Hang-seo

22 hari lalu

Park Hang-seo juga pernah membawa timnas Vietnam meraih medali emas pada ajang SEA Games 2020. Pada laga final, Vietnam berhasil mengalahkan Indonesia dengan skor 3-0. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Beri Sinyal Kembali Latih Timnas Vietnam, Ini Profil Park Hang-seo

Park Hang-seo beri sinyal akan kembali latih timnas Vietnam, setelah digilas timnas Indonesia di penyisihan Piala Dunia lalu.


Arab Saudi Ajukan Diri sebagai Calon Tuan Rumah Piala Dunia 2034, Usung Tema Growing Together

44 hari lalu

Pemain Timnas Arab Saudi, Ali Al-Bulayhi. REUTERS/Ibraheem Al Omari
Arab Saudi Ajukan Diri sebagai Calon Tuan Rumah Piala Dunia 2034, Usung Tema Growing Together

Jika resmi menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034, Arab Saudi mengusung slogan Growing Together.


Arab Saudi Luncurkan Tawaran Menjadi Tuan Rumah Piala Dunia 2034

48 hari lalu

Trofi Piala Dunia 2030. Twitter @FIFA.
Arab Saudi Luncurkan Tawaran Menjadi Tuan Rumah Piala Dunia 2034

Arab Saudi meluncurkan kampanyenya untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034 pada hari Jumat, 1 Maret 2024. Sudah punya slogan baru.


Pahlawan Timnas Jerman saat Juara Piala Dunia 1990, Andreas Brehme Tutup Usia 63 Tahun

59 hari lalu

Andreas Brehme. REUTERS/Ina Fassbender
Pahlawan Timnas Jerman saat Juara Piala Dunia 1990, Andreas Brehme Tutup Usia 63 Tahun

Andreas Brehme mencetak gol kemenangan lewat tendangan penalti saat timnas Jerman mengalahkan Argentina di final Piala Dunia 1990.


Pahlawan Timnas Jerman di Piala Dunia 1990, Andreas Brehme, Berpulang

59 hari lalu

Andreas Brehme pada 1 April 2019. (ANTARA/AFP)
Pahlawan Timnas Jerman di Piala Dunia 1990, Andreas Brehme, Berpulang

Pahlawan Timnas Jerman di Piala Dunia 1990, Andreas Brehme, tutup usia pada Selasa dinihari, 20 Februari 2024.


FIFA: Piala Dunia 2026 Digelar di 16 Kota, Babak Final di New York

5 Februari 2024

Presiden Gianni Infantino. REUTERS
FIFA: Piala Dunia 2026 Digelar di 16 Kota, Babak Final di New York

Pertandingan final Piala Dunia 2026 akan diselenggarakan di Stadion MetLife di New York, New Jersey, demikian diumumkan FIFA.


Lionel Scaloni Tetap Jadi Pelatih Timnas Argentina hingga Copa America 2024

25 Januari 2024

Pelatih Argentina Lionel Scaloni. REUTERS
Lionel Scaloni Tetap Jadi Pelatih Timnas Argentina hingga Copa America 2024

Lionel Scaloni telah mencapai kesepakatan dengan Asosiasi Sepak Bola Argentina untuk tetap memimpin timnas Argentina.


Bukan Hanya Franz Beckenbauer, Ini Deretan Pemain Sepak Bola Jerman Terbesar Sepanjang Massa.

11 Januari 2024

Mantan pemain Jerman, Franz Beckenbauer, juga berhasil mengangkat trofi Piala Dunia pada 1974 setelah mengalahkan Belanda pada laga final. Franz Beckenbauer juga berhasil mejuarai Piala Dunia saat menjadi pelatih ketika membawa Jerman merebut Piala Dunia 1990 di Italia. AP
Bukan Hanya Franz Beckenbauer, Ini Deretan Pemain Sepak Bola Jerman Terbesar Sepanjang Massa.

Deretan Pemain Sepak Bola Jerman,tak kalah legendaris dari Franz Beckenbauer