Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Islam Nusantara atau Bukan, Bicarakan dengan Kepala Dingin

image-gnews
Sejumlah santri mengaji Kitab Kuning di komplek Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, 30 Mei 2017. ANTARA/Zabur Karuru
Sejumlah santri mengaji Kitab Kuning di komplek Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, 30 Mei 2017. ANTARA/Zabur Karuru
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Belakangan ini ramai orang memperdebatkan soal Islam Nusantara. Ada yang mendukungnya karena ingin menjaga nilai-nilai luhur yang sudah ada di Indonesia sejak masa lalu, ada juga yang menolak karena dianggap hal ini dapat menodai kemurnian ajaran Islam.

Saya tidak mau masuk ke dalam perdebatan itu. Setidaknya untuk tulisan ini. Saya hanya ingin membahas sedikit soal letak dari nilai-nilai lokal dalam Islam.

Untuk memulai ini, saya ingin mengutip sedikit pendapat dari cendikiawan Muslim,almarhum Kuntowijoyo. Dalam salah satu bukunya (yang terbit jauh sebelum ramai-ramai soal Islam Nusantara dan setahu saya belum pernah diperdebatkan), beliau menggambarkan universalitas dan lokalitas Islam itu seperti permainan badminton atau olahraga apapun.

Di dunia manapun, peraturan dan cara menghitung permainan badminton atau sepakbola itu baku, ada standarnya. Soal gaya main berbeda antara pemain Indonesia dan Denmark itu masalah lain.

Di sepakbola, mau main pakai Total Football, mau pakai Tiki Taka, mau pakai gaya Panser Jerman yang menusuk lewat sayap, mau digocek dulu kayak pemain Amerika Latin, terserah. Yang penting semua dilakukan dalam koridor aturan yang dibuat FIFA.

Dalam berislam juga demikian. Soal salat, misalnya. Aturannya jelas, meski ada sedikit khilafiyah dalam detailnya. Dari Maroko sampai Merauke, orang salat dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, baca Al-Fatihah di setiap rakaat, dan lain sebagainya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tapi, kata Kuntowijoyo, mau kita salat pakai jubah, pakai sarung, pakai celana jins, gak masalah. Yang penting menutup aurat. Demikian juga dengan masjid. Asalkan suci dan menghadap kiblat, kita tidak perlu pusing oleh atapnya–mau berkubah atau pakai atap limasan gaya Jawa, sak karepmu.

Aturan salat (termasuk soal doa dalam salat yang berbahasa Arab) adalah hal universal yang tidak boleh diubah. Sedangkan bentuk masjid dan sarung atau jubah adalah kelokalan yang bisa berbeda-beda.

Salat dan haji adalah dua ibadah yang secara detil harus mencontoh Nabi SAW, termasuk dalam doa-doa di dalamnya. Bahkan dalam haji, kita harus meninggalkan baju lokal (sarung Melayu atau jubah Arab) dan memakai pakaian khusus. Beda dengan puasa, misalnya, yang meski ada ketentuan detail, tapi kita memiliki keluasan untuk menggunakan doa sendiri dengan bahasa apapun.

Saya kira, baik teman-teman yang pro atau kontra Islam Nusantara menyetujui hal-hal di atas. Kalaupun ada yang tidak disepakati, mari dibicarakan dengan kepala dingin dan keinginan untuk saling mengingatkan. Bukan dengan hati panas dan keinginan untuk saling menjatuhkan.

Tulisan sudah tayang di Almuslim

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


7 Influencer Mualaf Terkenal dari Korea

3 hari lalu

Ayana Moon merayakan Idul Fitri bersama adiknya, Aydin Moon yang belum lama menjadi mualaf. Foto IG @aydinmoon.
7 Influencer Mualaf Terkenal dari Korea

Kiprah sejumlah influencer mualaf ikut mewarnai penyebaran Islam di Korea


Kisah Masuknya Islam ke Korea Sebelum Diwarnai Daud Kim dan Influencer Mualaf Lainnya

3 hari lalu

Korea Siap Menerima Wisatawan Muslim
Kisah Masuknya Islam ke Korea Sebelum Diwarnai Daud Kim dan Influencer Mualaf Lainnya

Jauh sebelum viralnya infuencer Mualaf seperti Daud Kim, Islam masuk ke Korea sejak tahun 1950-an.


Kongres Pemuda Indonesia Laporkan Pendeta Gilbert Lumoindong ke Polda Metro Jaya atas Kasus Penistaan Agama

4 hari lalu

Gilbert Lumoindong. Instagram
Kongres Pemuda Indonesia Laporkan Pendeta Gilbert Lumoindong ke Polda Metro Jaya atas Kasus Penistaan Agama

Ketua Kongres Pemuda Indonesia atau KPI Jakarta Sapto Wibowo Sutanto melaporkan pendeta Gilbert Lumoindong ke Polda Metro Jaya pada 19 April 2024.


Sebut Serangan ke Israel sebagai Pertahanan Diri yang Sah, Ini Profil Presiden Iran Ebrahim Raisi

10 hari lalu

Presiden Iran Ebrahim Raisi berbicara dalam pertemuan dengan kabinet di Teheran, Iran, 8 Oktober 2023. Iran's Presidency/WANA (West Asia News Agency)/Handout via REUTERS
Sebut Serangan ke Israel sebagai Pertahanan Diri yang Sah, Ini Profil Presiden Iran Ebrahim Raisi

Y.M. Seyyed Ebrahim Raisi atau lebih dikenal sebagai Ebrahim Raisi merupakan seorang politikus konservatif dan prinsipil Iran serta ahli hukum Islam.


Simpang Siur Identitas Penyerang Australia, Sempat Dikira Ekstremis Yahudi dan Islam

10 hari lalu

Pelaku penusukan Joel Cauchi. Istimewa
Simpang Siur Identitas Penyerang Australia, Sempat Dikira Ekstremis Yahudi dan Islam

Berbagai akun X dengan banyak pengikut menuduh pelaku penusukan di Australia sebagai ekstremis Islam atau Yahudi


Sejarah dan Filosofi Ketupat, Makanan yang Identik dengan Lebaran

15 hari lalu

Warga berebut gunungan kupat (ketupat) berisi uang saat tradisi Grebeg Kupat di Dawung, Banjarnegoro, Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah, Rabu, 26 April 2023. Tradisi Grebeg Kupat rutin digelar warga setempat sebagai ungkapan sukacita dan ajang silaturahmi dalam merayakan Lebaran. ANTARA FOTO/Anis Efizudin
Sejarah dan Filosofi Ketupat, Makanan yang Identik dengan Lebaran

Ketupat memiliki sejarah yang panjang selain identik dengan hari raya Idul Fitri atau Lebaran.


Eksekutif Minimarket Malaysia Didakwa atas Penjualan Kaus Kaki Bertuliskan Allah

30 hari lalu

Jaringan toko serba ada KK Super Mart. (Foto: Facebook/KK Super Mart)
Eksekutif Minimarket Malaysia Didakwa atas Penjualan Kaus Kaki Bertuliskan Allah

Beberapa pasang kaus kaki bertuliskan "Allah" dijual di salah satu toko KK Super Mart, sehingga memicu kemarahan publik Malaysia


Islamofobia: Menelusuri Pandangan Ini di Barat dan Indonesia

31 hari lalu

Seminar Nasional Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah bertema Islamophobia Within Muslim and Islamiphobia Without Islam: Kebencian atas Muslim dan Islam, antara Asumsi, Fakta dan Prasangka, pada Senin, 25 Maret 2024. TEMPO/Bram Setiawan
Islamofobia: Menelusuri Pandangan Ini di Barat dan Indonesia

Kata Islamofobia sudah lama menjadi sorotan para akademikus dan pemerhati studi Islam


KBRI Austria Buka Puasa Bersama dengan WNI Muslim di Wina

31 hari lalu

Damos Dumoli Agusman, Direktur Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional. Sumber TEMPO/Suci Sekar
KBRI Austria Buka Puasa Bersama dengan WNI Muslim di Wina

Dubes RI untuk Austria mengadakan acara buka puasa bersama dengan organisasi-organisasi Islam dan 200 WNI di Wina.


10 Rekomendasi Film Religi Netflix Untuk Temani Ngabuburit

35 hari lalu

Menonton film di Netflix menjadi opsi yang menarik untuk ngabuburit. Ini rekomendasi film religi Netflix yang cocok untuk menemani puasa Anda. Foto: Canva
10 Rekomendasi Film Religi Netflix Untuk Temani Ngabuburit

Menonton film di Netflix menjadi opsi yang menarik untuk ngabuburit. Ini rekomendasi film religi Netflix yang cocok untuk menemani puasa Anda.