Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Gili Trawangan Tak Seindah Dulu Lagi

image-gnews
Wisatawan berlibur di Pantai Gili Trawangan, Lombok. TEMPO/Supriyantho Khafid
Wisatawan berlibur di Pantai Gili Trawangan, Lombok. TEMPO/Supriyantho Khafid
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -

Akhirnya sampai juga ke Gili Trawangan. Pulau indah di dekat Pulau Lombok itu, tanggal 1 Januari lalu ingar bingar dengan para turis. Suasana malam tahun baru masih terasa. Turis- turis bule berseliweran dengan pakaian minim –juga beberapa bergelimpangan di pasir, berkolor, berbikini.

Sudah lama saya menjanjikan membawa keluarga melihat Gili Trawangan.  Karena itulah ketika dua bulan sebelumnya saya minta mereka mencari-cari tiket penerbangan ke Lombok dengan pertimbangan “waktu libur dan harga tiket murah,” dengan sigap mereka melakukan.  Saya sendiri “kebagian tugas” untuk mencari tempat penginapan di Gili.

Bagi saya ke Gili Trawangan  bukan yang pertama. Sekitar 15 atau 18 tahun lalu saya pernah ke pulau ini. Waktu itu ada tugas kantor dan Mas Supriyantho Khafid, teman wartawan yang tinggal di Mataram menawarkan apakah saya ingin melongok Pulau (Gili) Trawangan. Ketika itu nama Gili Trawangan mulai popular dengan embel-embel, “tempat yang disukai turis bule karena lebih bebas ketimbang  Pantai Kuta…”

Kala itu, setelah selesai melakukan sejumlah wawancara dan meliput sejumlah tempat di Lombok yang menurut saya menarik  -termasuk  komunitas “Islam Watu Telu,”  komunitas yang hanya mengerjakan salat tiga waktu, tidak lima waktu seperti lazimnya, saya pergi ke Gili Trawangan.  Dengan perahu motor, hanya berdua dengan Mas Supriyantho, kami meluncur ke Gili, sekitar pukul 10.00.

Gili Trawangan masih sebuah tempat yang tidak ramai. Saya ingat, hanya ada satu dua perahu yang bersandar. Begitu sampai dan jalan-jalan sebentar, saya kemudian nyemplung ke laut. Terumbu karang indah terlihat di dasar laut yang dangkal dan jernih. Dengan “kamera bawah air”  yang saya beli di Mataram saya memotret pemandangan bawah laut itu. Sejumlah turis perempuan bertelanjang dada, tiduran di pasir, di pantai Gili yang bersih –tak ada sampah- kecuali tunggul-tunggul bekas pohon yang sudah tumbang dan entah hilang ke mana.

Itu Gili Trawangan dulu….

Akhirnya sampai juga ke Gili Trawangan. Dari Mas Supriyantho juga, awal Januari itu, saya mendapat nomor telepon orang yang bisa mengantar kami  ke Pelabuhan Bangsal, tempat penyeberangan menuju Gili. Dan benar, ketika pukul 08.00 kami sekeluarga tiba di bandara internasional Lombok, Pak  Lalu, demikian saya memanggilnya sudah  standby di Bandara.

Sesuai rencana yang saya buat, saya minta Pak Lalu mengantar kami ke tempat wisata di Mataram yang sejalur dengan perjalanan ke Bangsal. Saya juga minta untuk diantar melihat Mesjid Mataram –Islamic Centre Mataram-  yang disebut-sebut paling megah se-NTB-NTT itu  -juga sekalian mencari sarapan menu “ayam taliwang.”

Maka Pak Lalu mengajak kami ke desa tenun khas Lombok Sukarara.  Pagi itu, kami tamu pertama yang datang ke tempat itu. Di sini juga disediakan fasilitas bagi mereka yang ingin berfoto dengan baju bertenun khas Lombok.

RENCANA  ke Gili Trawangan naik perahu dari Pelabuhan Bangsal  batal karena Pak Lalu menyarankan menyewa perahu motor sendiri. Dengan pertimbangan waktu lebih cepat dan keselamatan, akhirnya saya setuju. Setelah menelusuri jalan sepanjang Pantai Senggigi kami sampai Teluk Nara,  “pelabuhan swasta” tempat penyeberangan ke Gili.  Ongkos menyeberang Rp 400 ribu dan jika pulang pergi Rp 700.000.  Begitu naik, kapal segera meluncur, membelah ombak, ke Gili.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

GILI TRAWANGAN sudah jauh berubah. Hiruk pikuk dan, menurut saya, kotor. Sampah, botol mineral,  berserakan di mana-mana. Tempat sampah tak banyak saya temui di Gili. Mestinya pemerintah setempat menyediakan kotak sampah yang cukup banyak di tempat-tempat yang banyak lalu lalang turis. Saya tidak tahu, kenapa hal sepele ini tidak dilakukan. Yang tetap menarik, adalah pemandangan laut birunya.  Kita tak akan pernah bosan menyaksikan biru laut Gili Trawangan dengan ombaknya yang tenang.

Tapi, terumbu karang yang  bisa dilihat tak jauh  dari pantai sudah tak ada lagi.  Laut di tepi pantai Gili sudah tak jernih seperti  yang dulu saya datangi. Kini semata biru.  Tempat dulu saya berenang-renang sendiri, menikmati deretan terumbu karang di dasar laut dengan ikannya warna-warni sudah dipenuhi jejeran perahu yang siap mengantar ke mana pun turis mau. Pemandangan terumbu karang kini  hanya bisa disaksikan di perairan Gili Meno atau Gili Air –dan untuk itu harus naik kapal.

Dengan keluarga, naik sepeda,  saya mengitari Gili Trawangan.  Saya menyaksikan  bagaimana tanah-tanah di dekat pantai sudah dikapling-kapling sebagai hotel atau calon hotel. Sejumlah lahan terlihat dipasang papan pengumuman: DIJUAL.

Naik sepeda di Gili –sewa per sepeda Rp 50 ribu–   asyik. Kita bisa mencari rute masuk ke luar hutan yang sepi, lewat pemukiman warga yang sangat sederhana.  Sesungguhnya “kehidupan” di Gili memang lebih banyak berpusat di tepi pantai –tepatnya di dekat pelabuhan yang tak jauh dari Masjid Baiturrahman.

Gili kini memang bakal punya mesjid besar. Tiga malam di Gili sepanjang  hari saya mendengar azan dan salawat dari loudspeaker mesjid yang menurut saya, setidaknya suaranya  mencapai  tiga perempat pulau ini (atau jangan-jangan seluruh pulau).  Ajaran Islam  melarang perempuan memperlihatkan auratnya. Saya tidak tahu apakah kelak akan ada larangan orang berbikini di pulau ini?  Atau muncul orang atau sekelompok orang “garis keras”  yang minta Gili Trawangan bersih dari turis-turis berbikini, minuman alkohol dan seterusnya? Mudah-mudahan, jika pun ada perubahan nilai-nilai atau aturan-aturan, semua berjalan  smooth, tanpa konflik. Betapa pun kehidupan di Gili, sumber ekonomi banyak masyarakat di sana,  sampai kini adalah dari turis asing yang datang sepanjang tahun ke pulau seluas sekitar 15 kilometer persegi itu.

Bersama istri dan anak saya juga menikmati snorkeling di Gili. Saya beruntung ada Bagas, anak tertua yang saat kuliah di ITB ikut unit selam Nautika dan punya brevet menyelam. Dialah yang menjaga ibunya, juga mengambil foto-foto saat kami snorkeling. Berbeda dengan kami yang memakai pelampung, Bagas hanya memakain vin –kaki katak- dan kacamata renang. Saya merasa aman, ada Bagas, karena dia segera akan  turun tangan jika saya atau istri saya mengalami kesulitan dengan pelampung atau alat bantu pernafasan yang kami pakai.

Tiga malam, empat hari di Gili cukuplah buat saya dan keluarga menikmati liburan akhir tahun. Hari ke empat, dengan  kapal cepat, kami meninggalkan Gili menuju Bali. Ada rencana lain di Bali yang sejak dulu sangat saya inginkan dan rasanya akan menyesal seumur hidup jika tidak melakukannya.

Meninggalkan Gili, dari kejauhan, menatap pulau itu, saya berpikir, sampai kapan pulau itu bisa mempertahkankan keindahannya. Bisa menarik  hati  para turis, bisa tetap  menjadi destinasi idaman turis asing seperti sekarang, bisa tetap tenang, aman, dan damai, tak ada konflik atas nama agama, sosial atau ekonomi.

Jika pemerintah daerah dan masyarakat di sana tidak segera memecahkan masalah yang kini mengancam: sampah-sampah yang semakin banyak dan menimbulkan pemandangan tak sedap, terumbu karang yang terancam makin habis karena perburuan ikan, atau gagal mengatasi masalah ketersediaan air bersih, bisa jadi kelak Gili Trawangan akan tinggal kenangan.

Tulisan ini sudah tayang di Catatanbaskoro

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Curi Barang Mewah di Bandara Changi Singapura, Seorang Turis Ditahan Dua Bulan Kemudian

1 hari lalu

Jewel di Bandara Changi, Singapura. (foto: Jiachen Lin)
Curi Barang Mewah di Bandara Changi Singapura, Seorang Turis Ditahan Dua Bulan Kemudian

Turis wanita ini mencuri ikat pinggang dan produk kosmetik yang nilainya belasan juta di Bandara Changi Singapura.


Turis Thailand Dikritik karena Tulis Nama dan Ungkapan Cinta di Jembatan Jepang

3 hari lalu

Jalan Nakamise menuju kuil Senso-ji di distrik Asakusa, tempat wisata populer, di tengah pandemi penyakit virus corona (COVID-19), di Tokyo, Jepang, 24 Desember 2021. REUTERS/Issei Kato
Turis Thailand Dikritik karena Tulis Nama dan Ungkapan Cinta di Jembatan Jepang

Perilaku pasangan tersebut yang merusak properti publik di Jepang dianggap mencemarkan nama baik Thailand.


4 Destinasi Wisata di Kepulauan Canary Spanyol Diserbu Turis, Warga Malah Aksi Mogok Makan

4 hari lalu

Kepulauan Canary, Spanyol (Pixabay)
4 Destinasi Wisata di Kepulauan Canary Spanyol Diserbu Turis, Warga Malah Aksi Mogok Makan

Destinasi Wisata di Kepulauan Canary terus diserbu turis, membuat warga lakukan aksi mogok makan. Berikut 4 tujuan wisata unggulan di sana.


Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

20 hari lalu

Paiya Mountain, Cina (dpxq.gov.cn)
Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

Warganet menyayangkan sikap turis di Cina tersebut karena tidak hanya membahayakan diri sendiri tetapi juga pihak lain.


Terkini: Kereta-kereta yang Terdampak Banjir di Stasiun Tawang Semarang, Kata Sandiaga soal Turis Malaysia Beri Rating 0 saat Liburan ke Jakarta

35 hari lalu

Sebuah loko kereta api terjebak banjir di  emplasemen Stasiun Tawang Bank Jateng, Semarang, Kamis, 14 Maret 2024. Banjir melumpuhkan aktifitas di stasiun ini, rute kereta yang melintasi kota Semarang dialihkan ke jalur selatan Jawa Tengah. Foto : Budi Purwanto
Terkini: Kereta-kereta yang Terdampak Banjir di Stasiun Tawang Semarang, Kata Sandiaga soal Turis Malaysia Beri Rating 0 saat Liburan ke Jakarta

Sejumlah perjalanan kereta api terdampak banjir yang mengepung Kota Semarang hingga Kamis, 14 Maret 2024. Banjir juga merendam Stasiun Tawang.


Turis Malaysia Beri Rating 0 saat Liburan ke Jakarta, Sandiaga Sebut Masyarakat Jangan Baper dan..

35 hari lalu

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, dalam acara The Weekly Brief with Sandi Uno di Gedung Sapta Pesona, Kantor Kemenparekraf, Jakarta, Senin, 12 Februari 2024. TEMPO/Defara Dhanya
Turis Malaysia Beri Rating 0 saat Liburan ke Jakarta, Sandiaga Sebut Masyarakat Jangan Baper dan..

Menparekraf Sandiaga Uno mengatakan warga negara Indonesia tidak perlu baper atas kritik oleh turis asal Malaysia yang baru-baru datang ke Jakarta.


Perkosaan kepada Turis Kembali Terjadi di India, Ini 5 Negara Paling Berbahaya untuk Perempuan

41 hari lalu

Sebuah tanah lapang tempat terjadinya perkosaan terhadap turis asal Inggris yang sedang berlibur ke Goa, India. Sumber: CNN.com
Perkosaan kepada Turis Kembali Terjadi di India, Ini 5 Negara Paling Berbahaya untuk Perempuan

Perkosaan kepada turis perempuan asal Spanyol di India mencoreng pariwisata di negara tersebut


Kronologi Turis Spanyol Diperkosa di India, Sedang Naik Motor Keliling Dunia

44 hari lalu

Ilustrasi pemerkosaan. shutterstock
Kronologi Turis Spanyol Diperkosa di India, Sedang Naik Motor Keliling Dunia

Turis Spanyol diperkosa di India saat bersama suaminya sedang mengendarai motor keliling Asia.


Terpopuler: Dulu Sempat Mengkritik Kini AHY Terpukau dengan IKN, KPPU Bentuk Tim Khusus Investigasi Kenaikan Harga Beras

49 hari lalu

Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) melakukan kunjungan kerja perdana ke lokasi pembangunan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. ANTARA/HO - Kementerian ATR/BPN
Terpopuler: Dulu Sempat Mengkritik Kini AHY Terpukau dengan IKN, KPPU Bentuk Tim Khusus Investigasi Kenaikan Harga Beras

AHY memberi pandangan berbeda soal pembangunan IKN Nusantara usai dilantik menjadi Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional.


Anjing Joe Biden Gigit 24 Secret Service dalam Setahun, Sempat Terekam Kamera Turis di Gedung Putih

56 hari lalu

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden mengajak bermain dan jalan-jalan anjing barunya berjenis Herder yang bernama Commander, di pinggri pantai di lingkungan Cape Henlopen di Pantai Rehoboth, Delaware, AS 28 Desember 2021. REUTERS/Jonathan Ernst
Anjing Joe Biden Gigit 24 Secret Service dalam Setahun, Sempat Terekam Kamera Turis di Gedung Putih

Anjing gembala Jerman milik Presiden Joe Biden, Commander, dilaporkan telah menggigit personel Secret Service atau Dinas Rahasia setidaknya 24 kali da