Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Perjalanan Panjang Bernama Pernikahan

image-gnews
Ilustrasi pernikahan India (pixabay.com)
Ilustrasi pernikahan India (pixabay.com)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pagi itu, tak biasanya Mama cemberut. Padahal, hari itu merupakan hari spesial untuk kami, atau khususnya untuk saya yang sedang berulang tahun dan akan melangsungkan pernikahan pada hari yang sama. Namun, bukannya ucapan selamat atau kecupan yang saya dapatkan dari Mama, melainkan…

“TADI MALAM DARI MANA?”

Aduh, gawat, sepertinya saya akan kena amuk sebentar lagi. Menghadapi seorang wanita yang sedang emosi, apalagi gemini, saya setuju dengan Slank yang bilang ‘ngebohong salah, jujur malah tambah salah’, namun berbekal pelajaran PMP yang saya dapatkan sewaktu kecil, saya memilih untuk jujur “Nganu…nganu, Mah. Semalam aku tidur sama Galang.”.

Jujur, bahwa saya tidur dengan pria lain di malam sebelum pernikahan saya.

“KAMU ITU…”

“Ganteng?” Saya berbisik.

“…BUKANNYA TIDUR SAMA MAMA, MALAH SAMA GALANG!”

Oh, ternyata Mama cemburu. Saya menunduk dan membatin, wajar bila Mama kesal, karena saya lebih memilih tidur bersama pria yang baru saya kenal tiga tahun dibanding bersamanya yang sudah membesarkan saya selama 3o tahun. Di hari terakhir saya melajang, mungkin Mama berpikir bahwa saya seharusnya meluangkan lebih banyak waktu bersamanya, bukan malah tidur dengan pria brengsek seperti Galang.

“Maaf Ma, aku pikir semalam kamarnya ramai.” Saya beralasan, karena memang ada banyak saudara yang menginap di Hotel Wirton ini. “Jadi aku tidur sama Galang deh di bawah.”

YA UDAH, BURUAN MANDI, TERUS DI-MAKE UP-IN!

Perjalanan di Hari Pernikahan – 14 Februari 2016

06.20

Saya menyelesaikan mandi sunnah, tanpa sempat buang air besar karena diburu-buru keadaan. Berikutnya, saya berpakaian dengan segera. Setelan jas menjadi pilihan saya untuk akad, supaya terlihat rapi dan profesional. Bukan setelan jas yang dijahit custom sesuai ukuran badan, namun setelan jas yang dibeli di mal karena diskon.

“Ayo kalau sudah buruan dibedakin.”

“Aduh.”

06.30

Proses bedak-membedak ini ternyata berlangsung singkat, tidak sakit, dan tidak menimbulkan trauma masa kecil bagi saya. Setelah selesai, saya tampak seperti seorang eksekutif muda dengan wajah yang putih dan leher yang hitam muda.

“Sebentar, pakai lipstick dulu, Mas.”

Saya pasrah, ketika sebuah lipstick mendarat di bibir saya yang ranum. Tanpa peduli apakah itu lipstick 50.000 atau 500.000, saya menikmatinya.

07.10

Saya telah siap, Mama dan keluarga pengiring calon pengantin pria telah selesai didandani dan dibedaki. Tidak sepucat mayat, dan tidak seputih Sinta, riasan hari itu terasa pas di wajah. Apalagi di wajah Mama yang sudah tidak cemberut, riasan tersebut sangat terlihat cantik.

“Kalau sudah siap, langsung kumpul di bawah ya.” Pinta salah seorang kru dari wedding organizer yang bertugas pada hari itu.

Aduh, mana belum sarapan pula. Untung saja semalam saya sudah cukup puas melahap sepasang ayam

McDonald’s.

07.30

Tak berapa lama, dan tanpa drama, kami telah siap di lobi Hotel Wirton. Dengan para pria yang mengenakan setelan jas gelap semua, kami lebih mirip serombongan mafia dibanding rombongan pengantar pengantin. Untung saja, para wanitanya mengenakan pakaian muslimah, sehingga kami menjadi terlihat seperti rombongan mafia syariah.

07.40

Sebenarnya, Masjid Nurul Jamil yang menjadi lokasi resepsi pernikahan saya saat itu dapat dicapai dengan berjalan kaki dari hotel, namun berhubung banyak yang bilang “Masa pengantin kok jalan kaki.”, akhirnya kami bergerak menuju masjid dengan menggunakan mobil pengantin.

Ya kami, saya, mama, Om Nono sebagai wali menggantikan papa, dan Rico sebagai sopir tembak.

07.50

DHEG!

Untuk pertama kalinya dalam hari itu, jantung saya berdetak lebih kencang dari biasanya. Aneh, padahal saya tidak ngopi pagi itu, dan tidak sedang menatap wajah Dian Sastro. Ataukah ini yang dinamakan sindrom pernikahan? Entahlah.

Perlahan, mobil memasuki pelataran parkir Masjid Nurul Jamil. Saya semakin dag-dig-dug. “Is this the day? The day when I end my single and miserable life?”

Seperti Leonardo DiCaprio yang baru saja tiba di malam Oscar, pagi itu saya turun dari mobil dengan sambutan kamera para fotografer pernikahan.

“Maaf Mas, ulang lagi Mas, turun dari mobilnya. Yang tadi kurang ganteng.”

Asem.

08.00

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dengan diapit Mama dan Om Nono, saya menaiki undakan tangga kecil ke arah tempat akad. Pada halaman masjid yang telah disulap dengan dekorasi serba putih tersebut, telah menanti mamam dan daddy yang sudah tidak terlihat gahar lagi. Kali ini, raut haru dan bahagia terpancar di wajah mereka, menyambut kedatangan keluarga saya.

Berikutnya, Mamam mengalungkan rangkaian melati ke leher saya. Kami bersama-sama bergerak menuju tempat duduk yang telah disediakan.

Untuk saya dan Neng, Masjid Nurul Jamil adalah sebuah venue yang tepat untuk melangsungkan hajat pernikahan kami. Masjid merupakan tempat suci bagi umat Islam, sementara halamannya yang hijau dan mungil, sangat cocok dengan konsep white garden party yang diimpikan Neng.

Guna mewujudkan impiannya itu, Neng memilih sendiri vendor untuk mendekorasi lahan yang ada. Semuanya serba putih, seputih wajah saya hari itu.

08.15

Berikutnya, acara dilanjutkan dengan pidato penyampaian maksud kedatangan keluarga saya pada acara ini, –termasuk penyerahan kotak serah-serahan secara simbolis– yang disambut dengan baik oleh keluarga Neng.

Disambut dengan baik, belum tentu diterima nikahnya. Karena masih ada tahapan yang harus saya lakukan, yaitu melangsungkan akad nikah. Setelah acara serah terima selesai, saya digiring ke sebuah meja putih dengan beberapa buah kursi dan sepasang microphone.

Meja putih dengan papan-papan kecil bertuliskan: calon pengantin pria, calon pengantin wanita, saksi 1, saksi 2, wali nikah, dan penghulu.

DHEG! Rintangan apalagi yang harus saya hadapi kali ini?

08.30

Dengan tertunduk, saya mendengarkan pembacaan ayat-ayat suci Al-Quran yang dilantunkan seorang bapak berpeci tinggi yang membuatnya mirip pengawal Ratu Elizabeth yang mengenakan batik. Di hadapan saya telah duduk Daddy sebagai wali nikah bersama seorang penghulu dari KUA, sementara di kanan kiri kami duduk dua orang saksi, dengan Pakde Wid sebagai saksi dari keluarga saya.

Saya semakin deg-degan ketika Neng belum juga kelihatan batang hidungnya, apa jangan-jangan dia ketiduran tadi malam sehabis party? Atau dia sedang bersembunyi di bawah meja putih ini? Damn, where are you when I need you the most?

“Sudah siap ijab kabul?” Tiba-tiba pak penghulu membuyarkan lamunan saya tentang Marshanda.

DHEG!

Apakah ini saatnya saya untuk menikah? Apakah saya sudah siap hidup dengan seorang wanita pisces yang suka berdiam diri kalau ngambek seumur hidup saya? Apakah Newcastle akan bertahan di Premier League musim ini? Apakah Cinta akhirnya menikah dengan Rangga di AADC2?

Berbagai pikiran muncul di otak saya, sementara Daddy menatap saya tajam. Anjir, kok jadi garang lagi wajah Daddy?

Pak Penghulu menyerahkan sebuah microphone kepada saya, sementara microphone satunya diberikannya kepada Daddy. Gawat, saya belum pernah ijab kabul sebelumnya dan belum latihan apa-apa tentang akad nikah ini. Bagaimana kalau tiba-tiba saya salah sebut nama mantan, atau nama Galang?

DHEG!

Berikutnya, Pak Penghulu menyerahkan sebuah kertas kecil kepada saya yang diiringi kedipan sebelah matanya. “Dibaca saja.”

Sambil bersalaman dengan Daddy, saya membaca tulisan tangan Pak Penghulu di kertas tersebut. Hmm, sebenarnya ini penghulu apa dokter sih? 

“SAYA TERIMA NIKAHNYA POETRY GLADIES KARINA DEWI BIN MOCH. TABRONI DENGAN MAS KAWIN PERHIASAN DIBAYAR TUNAI.”

Sebuah perkataan lantang, yang langsung dibalas dengan kalimat Daddy berupa kesediannya menikahkan putrinya dengan saya.

“BAGAIMANA, SAH PENONTON?” Teriak MC akad kepada semua yang hadir.

“SAAAAAHHHHHHHHHH!” Teriak semua yang hadir kompak dan bersamaan.

Alhamdulillah, sekarang kita keluarkan mempelai wanitanya.”

09.00

Sambil mengenakan kebaya putih yang serasi dengan bedak saya, Neng berjalan ke meja akad untuk kemudian duduk di samping saya. Ini kali pertama kami duduk bersama sebagai suami istri yang sah secara agama, dan sudah halal untuk melangsungkan sebuah hubungan. Hubungan pernikahan.

Saya menyalami tangan Neng, yang ternyata sangat dingin. Aduh Neng, kamu habis mainan es balok di belakang panggung?

Berikutnya, Pak Penghulu menyerahkan sepasang buku nikah dan surat-surat yang harus kami (saya dan Neng, bukan saya dan Daddy yang berkumis tebal) tanda tangani supaya pernikahan ini sah dan diakui oleh negara, juga supaya boleh bulan madu ke Aceh. Pada sesi yang sama pula, kami saling memasangkan cincin yang telah kami beli sebelumnya. Wedding ring, bukan suffe ring.

Acara selanjutnya, adalah prosesi sungkeman kepada orang tua dan sesepuh, yang dilanjutkan oleh saweran. Bukan, saweran yang dimaksud di sini adalah bukan saya goyang kayang dan Neng pole dancing kemudian penonton yang hadir nyawer, melainkan menyebarkan rezeki dan kebahagiaan secara simbolis dalam wujud koin dan permen kepada teman-teman yang hadir.

09.25

Setelah prosesi akad selesai, selanjutnya kami diberikan waktu untuk beristirahat sebentar, coffee break sebelum berganti baju dan mengenakan riasan kembali untuk acara resepsi.

Ternyata, perjalanan hari itu masih panjang.

Tulisan ini sudah tayang di Backpackstory

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


8 Tips Mengatur Bayi Agar Tak Mudah Rewel Saat Mudik

18 jam lalu

Ilustrasi mudik. TEMPO/Subekti
8 Tips Mengatur Bayi Agar Tak Mudah Rewel Saat Mudik

Ada berbagai trik dan cara supaya bayi tidak rewel saat dibawa mudik lebaran atau perjalanan jauh


10 Perilaku Pasangan yang Merendahkan Anda dan Hubungan, Jangan Ditoleransi

4 hari lalu

Ilustrasi pasangan cemburu. Freepik.com
10 Perilaku Pasangan yang Merendahkan Anda dan Hubungan, Jangan Ditoleransi

Anda sering terluka atau mempertanyakan harga diri. Berikut perilaku pasangan yang menjadi sinyal Anda harus bersikap tegas dalam hubungan.


1001 Alasan Pasangan Enggan Menikah, Ini 10 Sinyal di Antaranya

8 hari lalu

Ilustrasi pasangan jenuh. Shutterstock
1001 Alasan Pasangan Enggan Menikah, Ini 10 Sinyal di Antaranya

Pasangan selalu menunda tanggal pernikahan tanpa sebab yang jelas meski sudah lama berhubungan. Berikut 10 sinyal ia enggan menikah.


Tuai Kritik, PM Thailand Hentikan Perjalanan ke Luar Negeri Selama Dua Bulan

8 hari lalu

Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin berbicara kepada media saat ia tiba untuk menyampaikan pernyataan kebijakan Dewan Menteri kepada parlemen di Bangkok, Thailand, 11 September 2023. REUTERS/Athit Perawongmetha
Tuai Kritik, PM Thailand Hentikan Perjalanan ke Luar Negeri Selama Dua Bulan

PM Srettha Thavisin telah menghabiskan sekitar sepertiga dari enam bulan masa jabatannya di luar negeri untuk mempromosikan investasi di Thailand.


8 Komponen Mobil yang Wajib Diperiksa Sebelum Mudik Lebaran

9 hari lalu

Mekanik Toyota melakukan pengecekan kondisi pelumas mesin. (Foto: Auto200)
8 Komponen Mobil yang Wajib Diperiksa Sebelum Mudik Lebaran

Beberapa komponen mobil harus diperiksa sebelum mudik lebaran untuk menghindari kerusakan saat perjalanan.


Kemenhub Atur Penundaan Perjalanan dan Buffer Zone di Pelabuhan Penyeberangan

10 hari lalu

Sejumlah truk yang akan menyeberang ke Pulau Sumatera memadati area Dermaga IV, Pelabuhan Merak, Cilegon, Banten, Rabu 20 April 2022. Mengacu pada Surat Edaran Kementerian Perhubungan Nomor 40 Tahun 2022, PT ASDP Merak akan membatasi kendaraan pengangkut barang selama puncak arus mudik (28/4 - 1/5) dan puncak arus balik Lebaran (7 - 9/5). ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
Kemenhub Atur Penundaan Perjalanan dan Buffer Zone di Pelabuhan Penyeberangan

Kemenhub atur penundaan perjalanan atau delaying system dan buffer zone di beberapa pelabuhan penyebarangan.


Mengapa Banjir Selalu Jadi Problem di Semarang dan Pantura?

13 hari lalu

Sejumlah pengendara menerobos hujan dan banjir di Jalan Majapahit, Semarang, Jawa Tengah, Kamis 14 Maret 2024. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan wilayah Pantura, Jawa Tengah bagian tengah dan selatan masih berpotensi dilanda cuaca ekstrem hujan dengan intensitas sedang sampai lebat disertai kilat sekaligus petir akan terjadi hingga Rabu mendatang dan memperingatkan kepada masyarakat agar tetap waspada saat beraktivitas di luar ruangan. ANTARA FOTO/Makna Zaezar
Mengapa Banjir Selalu Jadi Problem di Semarang dan Pantura?

Banjir selalu menjadi masalah di Indonesia. Namun, mengapa Jawa Tengah, terutama Semarang dan Pantura selalu dilanda banjir saban tahun?


KAI Daop 6: Banjir di Semarang Surut, Perjalanan Kereta Api Lintas Utara Berangsur Pulih

13 hari lalu

Kursi tempat menunggu kereta di  Stasiun Tawang Bank Jateng, Semarang, terendam banjir, Kamis, 14 Maret 2024.  Banjir melumpuhkan aktifitas di stasiun ini, rute kereta yang melintasi kota Semarang dialihkan ke jalur selatan Jawa Tengah. Foto : Budi Purwanto
KAI Daop 6: Banjir di Semarang Surut, Perjalanan Kereta Api Lintas Utara Berangsur Pulih

Perjalanan kereta api di lintas utara berangsur pulih dengan telah surutnya genangan air di jalur Semarang Tawang Alastua, Jawa Tengah.


Sempat Batal karena Banjir, Perjalanan Kereta Api di KAI Daop 4 Semarang Kembali Normal

13 hari lalu

Sejumlah penumpang menembus jalur kereta api yang terendam banjir di Stasiun Tawang, Semarang, Jawa Tengah, Rabu, 24 Februari 2021. Sementara itu PT KAI DAOP 4 Semarang telah mengalihkan penumpang yang akan naik maupun turun di Stasiun Poncol Semarang. ANTARA/Aji Styawan
Sempat Batal karena Banjir, Perjalanan Kereta Api di KAI Daop 4 Semarang Kembali Normal

KAI Daop 4 Semarang menyebut perjalanan kereta api kembali normal usai Stasiun Semarang Tawang Bank Jateng banjir.


5 Konflik Umum dalam Pernikahan yang Bisa Berbahaya bila Didiamkan

14 hari lalu

Ilustrasi pasangan bertengkar. Foto: Freepik.com/Drazen Zigic
5 Konflik Umum dalam Pernikahan yang Bisa Berbahaya bila Didiamkan

Pernikahan yang tampak bahagia sekali pun pasti ada saja masalah. Berikut kata terapis tentang berbagai masalah yang berpotensi serius bila didiamkan.