Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Traveling Seru di Taman Nasional Sebangau

image-gnews
Taman Nasional Sebangau, tak jauh dari Palangkaraya, ibu kota Kalimantan Tengah.
Taman Nasional Sebangau, tak jauh dari Palangkaraya, ibu kota Kalimantan Tengah.
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Traveling ke Taman Nasional Sebangau! Sudah lama saya ingin ke tempat ini. Namanya demikian akrab di kuping saya, tapi tak pernah saya melihatnya. Dekat di hati dan kuping, tapi jauh di mata.

Sejak kecil, saat duduk di bangku SD, kala masih bersekolah di Palangkaraya, saya sudah mengenal nama Sebangau. Waktu SMP pernah juga, dengan beberapa teman, saya nyaris bersepeda ke tempat ini. Nyaris, karena ada niat, tapi tak sampai. Tidak mungkin bisa ke sana, karena selain jauh, jalannya pun melewati hutan-hutan. Dan kami tahu di hutan itu bisa saja muncul binatang mengerikan seperti ular, beruang, orangutan dll.

Berpuluh tahun kemudian Sebangau berubah. Jalan makin terbuka dan bagus. Tempat itu menjelma menjadi tempat rekreasi cukup popular di Kalimantan Tengah. Dan lokasinya, jaraknya, seakan hanya ada di ujung hidung bagi mereka yang sudah menjejakkan kaki di Palangkaraya.

Kalau rindu harus dituntaskan, demikian ujar sebuah petikan sebuah kalimat di sebuah novel, yang pernah saya baca, tapi lupa judulnya. Provokatif tapi bisa jadi benar. Rindu tak dituntaskan bisa menjelma macam-macam. Bisa jadi penyakit, dan minimal menjadi rindu akut….

Rindu pada Sebangau pun demikian juga. Apalagi, seorang teman, yang memiliki usaha travel berkaitan dengan “bisnis wisata” di Kalimantan Tengah menitip pesan, “Bantuin ya Om promosiin Taman Nasional Sebangau, juga usaha saya…..” katanya. Permintaan ini langsung menjadi prioritas utama. Rindu menjadi prioritas kedua….Ya bagaimana bisa membantu jika tidak traveling ke Sebangau? Bagaimana bisa menggambarkan kemolekan Sebangau jika tak melihat lekak-lekuk Taman Nasional yang secara administrasi masuk wilayah Kabupaten Katingan tersebut?

Itu sebabnya, beberapa waktu lalu, saat teman-teman menggelar acara Reuni Spekat –SMP Katolik di Palangkaraya- saya mengusulkan ada acara jalan-jalan ke Sebangau. Teman-teman setuju, apalagi ternyata banyak juga yang belum pernah ke sana. Bahkan kemudian, acara ke Sebangau ini juga digabungkan dengan acara bakti sosial, memberi sumbangan kepada para nelayan di Sebangau. Kami ke sana pada Hari Sabtu, setelah malam sebelumnya saya me-launching novel saya Rumah di Atas Kahayan, novel tentang Palangkaraya.

Sebangau, yang ada Danau Sebangaunya itu, dikenal dengan keunikan sungainya, yakni air sungainya berwarna hitam —karena tanah gambut. Luasnya Taman Nasional Sebangau sekitar 542.141 hektare. Di Taman itu ada sedikitnya, demikian menurut penelitian, 182 jenis burung dan 54 spesies ular, termasuk tentu saja ular piton, sanca,  dan lain-lain.

Tak jauh sekarang ke Sebangau, tak sampai satu jam. Kami datang di saat yang bisa disebut kurang pas: kemarau sudah menyentuh bumi Kalimantan, dan Sebangau terkena dampaknya. Air danau menyurut, debu ke mana-mana. “Kalau normal, air tingginya dua meter dari sekarang,” kata seorang teman menunjuk bangunan yang kini menonjol di atas air.  Oh ya, ada catatan lain tentang tempat ini: kurang tertatanya jalan menuju dermaga tempat bertambatnya kapal dan perahu. Hal penting yang perlu diperhatikan untuk sebuah daerah wisata.

Pesona Sebangau langsung  muncul begitu kita melihat danaunya. Hutannya yang masih tersisa, serta perahu yang bisa membawa kita berputar-putar di sana. Ada sejumlah transportasi air yang bisa disewa   -saya anjurkan menyewa saja-   untuk membawa kita berkeliling Sebangau sekitar 4 jam-an.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kalau mau sedikit berpetualang, naiklah perahu bermesin. Asyik, bisa ngebut, dan bisa masuk ke sungai lebih kecil. Dengan perahu ini  kita bisa menjelajah lebih jauh,  hingga setengah hari, tempat-tempat mengasyikkan di  Sebangau, termasuk melakukan treking di hutan. Ada guide bagi Anda yang ingin melakukan petualangan seperti ini.  Jika berminat silakan  hubungi penulis.

Kami memilih kapal bermuatan 30 orang untuk “jalan-jalan” ke Sebangau. Namanya reuni tentu saja meriah. Ada yang bernyanyi, menari, dan lebih banyak lagi, ya foto-fotoan. Teman-teman, termasuk yang tampaknya “pendiam” tiba-tiba ingin berfoto bak peragawati di anjungan perahu. Pemandangan hutan Sebangau dan air sungai kehitaman menciptakan latar belakang yang indah.

Di atas kapal, sejumlah teman juga menari poco-poco, sembari tertawa-tawa riang. Meriah. Sejumlah perahu yang berpapasan dengan kapal kami penumpangnya serta merta menoleh, melihat ke arah kami dan mungkin bertanya-tanya, penumpang udik dari mana yang menari-nari di atas kapal itu. “Memang jarang ada penumpang menari-nari kayak gini,” ujar pengemudi perahu –sekaligus pemilik perahu- yang bekerja sembari membawa istri dan anaknya, yang keduanya tertidur di atas tikar, sambil tersenyum. “Kalau ada gelombang besar dia terbangun. Kalau gelombang kecil makin lama tidurnya,” katanya lagi sambil menunjuk anaknya yang mungkin umurnya masih di bawah satu tahun.

Sekitar 3 jam-an kami menyusuri sungai Sebangau, melihat kiri kanan hutan sebelum akhirnya kembali ke dermaga.

Saya ingin suatu ketika kembali ke Sebangau lagi, berperahu di musim yang tidak kemarau, menghirup bau air sungai yang bergambut. Juga menari-nari di atas kapal….

Tulisan ini sudah tayang di Catatanbaskoro

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Aktivis Kuatkan Alasan Petambak Jadi Tersangka Perusak Lingkungan di Karimunjawa

7 hari lalu

Foto udara tambak udang vaname intensif di sekitar area hutan mangrove tepi pantai Desa Kemujan, Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah, Senin, 18 September 2023. Menurut data yang dihimpun komunitas pegiat lingkungan Lingkar Juang Karimunjawa sebanyak 33 titik tambak udang intensif tak berizin di wilayah Karimunjawa telah merusak ekosistem lingkungan hidup, mengganggu sektor ekonomi masyarakat nelayan, petani rumput laut serta pariwisata akibat pencemaran sisa limbah dan deforestasi. ANTARA FOTO/Aji Styawan
Aktivis Kuatkan Alasan Petambak Jadi Tersangka Perusak Lingkungan di Karimunjawa

Persidangan kasus kriminalisasi warga Karimunjawa ungkap bukti-bukti pencemaran lingkungan akibat aktivitas tambak udang.


Taman Nasional Karimunjawa Rusak karena Limbah Tambak Udang, KLHK Tetapkan Empat Tersangka

8 hari lalu

Sejumlah masyarakat dan nelayan yang tergabung dalam komunitas pegiat lingkungan Lingkar Juang Karimunjawa bersama aktivis lingkungan Greenpeace Indonesia dan lintas komunitas pecinta alam menggunakan kayak sambil membentangkan spanduk saat aksi SaveKarimunjawa di tepi pantai yang tercemar limbah tambak udang di Desa Kemujan, kepulauan wisata bahari Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah, Selasa, 19 September 2023. Dalam aksi tersebut mereka menuntut penutupan tambak udang vaname intensif sebanyak 39 titik tak berizin karena merusak ekosistem lingkungan hidup, mengganggu sektor ekonomi masyarakat nelayan, petani rumput laut serta pariwisata akibat pencemaran sisa limbah dan deforestasi hutan mangrove yang juga dinilai akan memperparah krisis iklim. ANTARA FOTO/Aji Styawan
Taman Nasional Karimunjawa Rusak karena Limbah Tambak Udang, KLHK Tetapkan Empat Tersangka

KLHK menetapkan empat orang tersangka perusakan lingkungan Taman Nasional Karimunjawa pada Rabu, 20 Maret 2024.


5 Kasus Kematian Gajah, Mayoritas Diracun

10 hari lalu

Tim dari BKSDA sedang memeriksa kematian seekor anak gajah di Desa Gampong Baroh Kecamatan Setia Bakti Kabupaten Aceh Jaya. Kredit: ANTARA/HO
5 Kasus Kematian Gajah, Mayoritas Diracun

Kasus gajah yang mati akibat diracun telah lama terjadi di Indonesia. Beberapa terjadi karena ingin mengambil gadingnya


Berapa Banyak Uang Tunai yang Boleh Dibawa saat Traveling ke Luar Negeri?

14 hari lalu

Ilustrasi mata uang asing. (Euro, dolar Hong Kong, dolar A.S., Yen Jepang, Pounsterling Inggris, dan Yuan Cina).  REUTERS/Jason Lee
Berapa Banyak Uang Tunai yang Boleh Dibawa saat Traveling ke Luar Negeri?

Pembatasan uang tunai saat traveling ke luar negeri diterapkan untuk mencegah aktivitas terlarang seperti pencucian uang dan pendanaan teroris.


7 Destinasi Liburan Musim Semi di Korea Selatan

18 hari lalu

Jinahe Cherry Blossom Festival. Youtube.com/Taste Seoul Goods
7 Destinasi Liburan Musim Semi di Korea Selatan

Merayakan musim semi di Korea melihat keindahan alam dari bunga Sakura, Desa Gwangyang, Taman Hutan, Seoraksan, Gyeongju, Festival Tulip, Pulau Nami.


10 Destinasi Solo Traveling yang Aman untuk Perempuan

20 hari lalu

Sejumlah wahana hiburan ikut memeriahkan berlangsungnya Festival Oktoberfest 182 saat baru dibuka di Munich, Jerman, 19 September 2015. Selain berkunjung untuk meminum bir, pengunjung juga dapat berwisata dengan menaiki sejumlah wanaha wisata. AP Photo
10 Destinasi Solo Traveling yang Aman untuk Perempuan

Kota-kota di dunia ini memiliki tingkat kejahatan kekerasan yang relatif rendah sehingga lebih aman untuk perempuan yang ingin solo traveling.


Hijaukan Hutan Wisata, Kementerian LHK Tanam Pohon di Punti Kayu hingga TN Berbak Sembilang

21 hari lalu

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melakukan penghijauan di sejumlah hutan wisata di Sumsel. Selain tanam pohon di Taman Wisata Punti Kayu, sebelumnya dilakukan hal serupa di Taman Nasional Berbak dan Sembilang. TEMPO/Parliza Hendrawan
Hijaukan Hutan Wisata, Kementerian LHK Tanam Pohon di Punti Kayu hingga TN Berbak Sembilang

Sejumlah kawasan hutan wisata dan taman nasional yang ada di Sumatera Selatan dilakukan penghijauan.


7 Spot Wisata Menarik di Baluran, Ada Savana hingga Hutan

27 hari lalu

Predator Ajak (Cuon alpinus) berburu rusa timor (cervus timorensis) di savana Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur, Jumat 5 Juni 2020. Ditutupnya pariwisata di TN Baluran pada masa Pandemi COVID-19, berdampak pada perilaku satwa yang biasanya beraktivitas di dalam hutan saat ini mudah dijumpai di padang savana karena tidak adanya wisatawan. ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
7 Spot Wisata Menarik di Baluran, Ada Savana hingga Hutan

Bagi Anda yang tertarik untuk liburan di daerah Jawa Timur, Taman Nasional Baluran bisa jadi pilihan. Ini spot wisata menarik di Baluran.


Traveling ke Destinasi Wisata Populer Dunia Bisa Lebih Hemat di Waktu Ini

35 hari lalu

Suasana kota Amsterdam, Belanda. (Unsplash.com/Jennie Ramida)
Traveling ke Destinasi Wisata Populer Dunia Bisa Lebih Hemat di Waktu Ini

Bounce, perusahaan penyimpanan bagasi, mengungkap hasil studinya mengenai waktu termurah untuk mengunjungi beberapa tujuan traveling terpopuler dunia.


10 Kota di Dunia yang Terkenal sebagai Sarang Pencopet, dari Hanoi hingga Paris

39 hari lalu

Menara Eiffel, Paris. Unsplash.com/Denys Nevozhai
10 Kota di Dunia yang Terkenal sebagai Sarang Pencopet, dari Hanoi hingga Paris

Para pencopet di kota-kota ini memiliki teknik yang beragam sampai-sampai wisatawan tidak menyadari bahwa dompet atau ponselnya telah raib.