TEMPO.CO, Jakarta -Mencoba mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi ke luar negeri, sebenarnya tidak pernah menjadi pilihan hidup saya. Tapi saat saya baru lulus kuliah, salah satu teman memberi informasi tentang beasiswa tersebut. Saya sempat searching sebentar mengenai seleksi beasiswa tersebut, untuk mengetahui bagaimana proses dan prosedurnya.
Setelah membaca keterangannya di salah satu website seleksi beasiswa tersebut, saya pun mencoba apply beasiswa sekaligus mempersiapkan kelengkapan dokumen dan administrasi yang dibutuhkan. Salah satunya adalah dengan mengikuti tes TOEFL, essay, dan meminta rekomendasi dari dosen yang cukup dikenal, juga teman-teman terdekat.
Baca Juga:
Saya juga rajin browsing tentang seleksi beasiswa ini di berbagai website dan beberapa pengalaman orang-orang yang sudah berhasil. Singkat cerita akhirnya saya mendaftar seleksi beasiswa ini untuk pertama kalinya. Beberapa persyaratan yang harus saya lengkapi di antaranya esai yang terdiri dari rencana studi dan kontribusi dalam mengikuti seleksi ini untuk Indonesia.
Saya juga harus menulis kesuksesan terbesar yang telah dicapai dalam hidup ini, yang ditulis dengan bahasa inggris. Selain itu ada beberapa kelengkapan dokumen penting seperti ijazah, transkip nilai, KTP, surat keterangan bebas narkoba, surat keterangan berbadan sehat, serta surat rekomendasi dari tempat kuliahku yang terdahulu yaitu di Universitas Padjajaran.
Proses untuk meminta surat rekomendasi tersebut ternyata cukup sulit, karena harus melalui beberapa proses. Surat tersebut baru selesai hampir 1 minggu lamanya. Itupun saya harus bolak balik kampus demi mendapatkan surat tersebut dalam waktu cepat.
Masih ada lagi dokumen penting lainnya seperti sertifiikat TOEFL. Setelah mengumpulkan beberapa persyaratan tersebut dan sudah lengkap saya pun mengirimkannya langsung. Setelah itu saya mengikuti seleksi yang dilakukan secara online karena mendapat kabar gembira dari pihak penyeleksi beasiswa tersebut, bahwa tes saya berlanjut ke tahap selanjutnya.
Seleksi online tersebut dilakukan untuk mendalami kepribadian setiap pelamar beasiswa. Tapi lagi-lagi , saya gagal mencari peruntungan tersebut. Setelah melakukan seleksi online, saya tidak pernah mendapat panggilan lagi sampai saat ini. Sejujurnya, ada banyak kegagalan yang saya terima tetapi hal itu tidak menyurutkan semangatku dalam melakukan yang terbaik.
Tulisan ini sudah tayang di Portal-uang