Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Layanan Kesehatan Primer Tak Boleh Menyisakan Satu Orang

image-gnews
Ilustrasi - telehealth. Inovasi
Ilustrasi - telehealth. Inovasi "Telehealth" karya mahasiswa UI sebagai sarana monitor kesehatan di rumah. SHUTTERSTOCK KOMUNIKA ONLINE
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Semua negara di seluruh dunia setuju dengan Deklarasi Astana, di Kazakhstan,  untuk memperkuat sistem layanan kesehatan primer di negara masing-masing. Deklarasi ini merupakan hasil dari The Global Conference on Primary Health Care yang digelar WHO, Unicef, dan pemerintah Kazakhstan pada 25-26 Oktober 2018. 

Deklarasi Astana ini untuk mencapai cakupan kesehatan semesta atau Universal Health Couveraga (UHC), tepat 40 tahun sejak deklarasi perawatan kesehatan primer dikeluarkan di Alma-Ata, Kazakhstan. Apa yang perlu dipahami? Deklarasi Astana menegaskan kembali Deklarasi Alma-Ata yang dikeluarkan pada 1978 dan sangat bersejarah. Sebab, untuk pertama kalinya semua pemimpin dunia berkomitmen tentang layanan kesehatan primer.

Deklarasi Alma-Ata tahun 1978 meletakkan dasar bagi layanan kesehatan primer, kemajuan selama empat dekade terakhir ternyata tidak merata. Setidaknya setengah populasi dunia masih mengalami kesulitan akses ke layanan kesehatan penting, termasuk layanan untuk penyakit tidak menular, penyakit menular yang sering, kesehatan ibu dan anak, kesehatan mental, juga kesehatan seksual dan reproduksi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan bahwa kita semua memiliki tanggung jawab yang sungguh-sungguh, untuk memastikan bahwa layanan kesehatan primer memungkinkan setiap orang, di mana saja untuk menggunakan hak fundamental mereka, untuk sehat. Meskipun dunia hari ini adalah tempat yang lebih sehat untuk anak daripada sebelumnya, tetapi hampir 6 juta anak masih juga meninggal setiap tahun, sebelum ulang tahun kelima mereka.

Sebagian besar kematian anak tersebut disebabkan karena hal yang dapat dicegah. Selain itu, lebih dari 150 juta anak juga mengalami gagal tumbuh atau stunting, menurut Henrietta Fore, Direktur Eksekutif UNICEF. Komunitas global dapat mengubah hal itu, dengan menyediakan layanan kesehatan berkualitas yang lebih dekat dengan mereka yang membutuhkannya. Itulah yang disebut layanan kesehatan primer.

Deklarasi Astana dirumuskan di tengah gerakan global untuk investasi yang lebih besar dalam layanan kesehatan primer, dalam mencapai UHC. Sumber daya kesehatan telah sangat terfokus pada intervensi penyakit tunggal (single disease interventions) daripada sistem kesehatan yang pari purna (comprehensive health systems), sebuah kesenjangan yang terjadi di beberapa kondisi keadaan darurat kesehatan dalam beberapa tahun terakhir.

Deklarasi Astana ini menetapkan arah baru, untuk pengembangan layanan kesehatan primer sebagai dasar sistem kesehatan nasional, seperti ditegaskan oleh Dr. Yelzhan Birtanov, Menteri Kesehatan Republik Kazakhstan. Deklarasi Astana yang baru mencerminkan kewajiban negara, individu, masyarakat, sistem kesehatan nasional dan mitra, untuk mencapai hidup yang lebih sehat, melalui layanan kesehatan primer yang berkelanjutan. UNICEF dan WHO akan membantu pemerintah dan masyarakat sipil, agar bertindak sesuai Deklarasi Astana dan mendorong mereka untuk mendukung gerakan tersebut.

Deklarasi Astana, dengan suara bulat didukung oleh semua negara anggota WHO, membuat janji pada empat bidang utama. Kesepakatan tersebut meliputi (1) membuat pilihan politik (political choices) yang berani untuk kesehatan di semua sektor; (2) membangun sistem layanan kesehatan primer yang berkelanjutan; (3) memberdayakan individu dan komunitas; dan (4) menyelaraskan dukungan pemangku kepentingan dengan kebijakan, strategi, dan rencana nasional.

UHC pada dasarnya berfokus pada manusia, yang berarti bahwa semua orang sebagai warga masyarakat, harus dapat mengakses layanan kesehatan yang mereka butuhkan, dengan kualitas yang cukup, tanpa menimbulkan kesulitan keuangan. Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, juga menyatakan bahwa UHC adalah prioritas utama WHO saat ini, karena UHC dan keamanan kesehatan (health security) sebagai dua sisi dari koin yang sama. Sistem kesehatan yang kuat, dibangun di atas fondasi layanan kesehatan primer yang berpusat pada masyarakat, adalah investasi terbaik dalam mengurangi ketidaksetaraan, dan pertahanan terbaik terhadap dampak dari keadaan darurat kesehatan.

Untuk mencapai UHC diperlukan penguatan sistem kesehatan (health systems strengthening), baik oleh pemerintah, maupun semua pihak terkait. Pemerintah atau negara seharusnya menjamin ketersediaan rencana pembangunan sektor kesehatan secara nasional, regional ataupun lokal.

Selain itu, negara juga harus menciptakan sistem pemantauan layanan kesehatan di semua tingkatan, membentuk perundang-undangan tentang UHC, dan bantuan dana saat darurat. Negara juga wajib mengatur besaran alokasi pembiayaan bidang kesehatan, dimana total pengeluaran negara untuk kesehatan, seharusnya dikaitkan dengan persentase Produk Domestik Bruto atau PDB, dan skema wajib atau ‘compulsory schemes’ lainnya, serta besaran pembayaran tunai untuk layanan kesehatan (out-of-pocket payment for health).

Tulisan ini sudah tayang di Dokterwikan

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

8 hari lalu

Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

Kenali ragam penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global.


Beri Layanan Kebidanan pada Pemudik, Ikatan Bidan Buka Posko Kesehatan

10 hari lalu

Ilustrasi ibu hamil mudik. Shutterstock
Beri Layanan Kebidanan pada Pemudik, Ikatan Bidan Buka Posko Kesehatan

Posko OPOR Bu Bidan didirikan untuk mendekatkan layanan kebidanan kepada pemudik, khususnya akses bagi perempuan, ibu hamil dan menyusui


Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

11 hari lalu

Ilustrasi protokol kesehatan / menjaga jarak atau memakai masker. ANTARA FOTO/FB Anggoro
Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

Hari Kesehatan Sedunia 2024, diharapkan terwujudnya kesehatan bagi semua agar mendapat akses pelayanan kesehatan bermutu.


Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

12 hari lalu

Logo Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terpampang di pintu masuk kantor pusatnya di Jenewa, 25 Januari 2015. [REUTERS / Pierre Albouy / File Foto]
Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

Kilas balik Hari Kesehatan Dunia dan terbentuknya WHO


Bendungan Jebol, Rusia Evakuasi 4.000 Orang Akibat Banjir

13 hari lalu

Ilustrasi banjir. ANTARA/Wahyu Putro A
Bendungan Jebol, Rusia Evakuasi 4.000 Orang Akibat Banjir

Ribuan orang di wilayah Rusia dievakuasi setelah banjir menggenangi ribuan ruma akibat jebolnya bendungan.


Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

14 hari lalu

Ilustrasi daging merah. Pixabay.com
Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

Jika daging sapi atau daging merah dikonsumsi berlebihan dapat mengancam kesehatan. Bagaimana sebaiknya?


Kepala WHO Akui Rumah Sakit Al Shifa Gaza Hancur

16 hari lalu

Warga Palestina memeriksa kerusakan di Rumah Sakit Al Shifa setelah pasukan Israel mundur dari Rumah Sakit dan daerah sekitarnya setelah operasi dua minggu, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Kota Gaza 1 April 2024. REUTERS/Dawoud Abu Alkas
Kepala WHO Akui Rumah Sakit Al Shifa Gaza Hancur

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu, 3 Apil 2024, mengungkap kehancuran di Rumah Sakit Al Shifa di Gaza


UNICEF Minta Gencatan Senjata di Gaza Bukan Simbolik

22 hari lalu

Warga Palestina berkumpul untuk menerima makanan gratis saat penduduk Gaza menghadapi krisis kelaparan, selama bulan suci Ramadhan, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Jabalia di Jalur Gaza utara 19 Maret 2024. REUTERS/Mahmoud Issa
UNICEF Minta Gencatan Senjata di Gaza Bukan Simbolik

UNICEF memperingatkan gencatan senjata di Jalur Gaza harus bersifat substantif, bukan simbolik dan harus bisa mengakhiri bencana kemanusiaan


Empat Dokter dari Barat Jadi Saksi Kekejian Israel di Gaza

31 hari lalu

Kondisi pria Palestina yang terluka akibat penembakan oleh tentara Israel, di rumah sakit Al Shifa, Gaza, 1 Maret 2024. Penembakan oleh tentara Israel terhadap warga Palestina yang tengah menunggu bantuan itu menewaskan 112 orang dan lebih dari 750 orang terluka.  REUTERS/Kosay Al Nemer
Empat Dokter dari Barat Jadi Saksi Kekejian Israel di Gaza

Empat dokter dari AS, Prancis dan Inggris memberi kesaksian di PBB tentang sistem layanan kesehatan di Gaza yang runtuh dan kekejian Israel.


Studi: Hanya Tujuh Negara Penuhi Standar Kualitas Udara WHO, Indonesia Belum

31 hari lalu

Gedung-gedung diselimuti polusi udara di kawasan Kota Jakarta, Selasa 24 Oktober 2024. Kualitas udara di Jakarta pada Selasa (24/10/2023) pagi tidak sehat dan menempati peringkat ke 4 terburuk di dunia. Berdasarkan data IQAir, tingkat polusi di Ibu Kota berada di angka 170 AQI US pada pukul 06.00 WIB. Peringkat kualitas udara Jakarta saat ini berada di posisi ke-4 di dunia dengan indikator warna merah, yang artinya tidak sehat. Adapun indikator warna lainnya yaitu ungu yang berarti sangat tidak sehat, hitam berbahaya, hijau baik, kuning sedang, dan oranye tidak sehat bagi kelompok sensitif. TEMPO/Subekti.
Studi: Hanya Tujuh Negara Penuhi Standar Kualitas Udara WHO, Indonesia Belum

Laporan IQAir memaparkan hanya tujuh negara yang kualitas udaranya memenuhi standar WHO.