Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ayolah, Lupakan Pekerjaan di Malam Hari

image-gnews
Ilustrasi kerja lembur. Shutterstock
Ilustrasi kerja lembur. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Setelah seharian yang melelahkan, kita pulang dan berharap segera istirahat untuk menyambut pekerjaan di esok hari. Kenyataannya, kerap kali kita tidak bisa tertidur. Kita tidak bisa memejamkan mata, meski badan dan otak kita sudah lelah.

Kalau diibaratkan komputer, memori kita sebenarnya sudah banyak terpakai, sudah lambat jalannya. Untuk memutar video saja sudah tidak bisa. Komputer itu harus di-restart. Tidur seharusnya bisa menjadi tombol shutdown hingga besok pagi bisa dihidupkan ulang dengan tenaga baru.

Masalahnya, tombol shut-down itu macet. Gak bisa diklik. Kita tidak bisa tidur, karena memori tentang pekerjaan yang tadi belum selesai ikut terbawa hingga ke atas bantal. Kita terbebani oleh pekerjaan yang belum selesai, masalah yang belum terpecahkan, proyek yang baru setengah jalan, tugas yang belum sepenuhnya tuntas.

Kenapa itu terjadi?

Itu disebut Zeigarnik effect. Ditemukan oleh psikolog Bluma Zeigarnik pada 1927. Ini tercetus saat ia dan rekannya datang ke restoran dan memperhatikan, ternyata pelayan yang belum tuntas menyelesaikan pekerjaannya lebih ingat tugasnya dibanding pelayan yang sudah menyelesaikan semua tugasnya.

Ia kemudian melakukan penelitian dan percobaan dan hasilnya sama. Mereka yang belum menuntaskan pekerjaannya lebih mengingat tugas itu dibandingkan orang yang sudah menuntaskannya.

Ini sebenarnya karunia Tuhan yang luar biasa. Mekanisme yang diciptakan Tuhan agar kita bisa hidup bahagia di dunia. Jadi, mereka yang sudah menuntaskan tugasnya akan cepat lupa karena dengan demikian dia bisa melaksanakan tugas baru. Dengan demikian dia tidak memikirkan dan terbebani oleh tugas lama.

Demikian juga dengan mereka yang belum menuntaskan tugasnya. Dengan demikian, kita akan selalu ingat bahwa ada pekerjaan yang harus segera diselesaikan.

Bagi manusia tradisional, ini adalah berkah, karena pekerjaan selesai di hari yang sama. Tapi, di masyarakat modern banyak pekerjaan kompleks yang tidak selesai dalam satu hari.

Di sinilah bencana itu dimulai. Otak manusia (dan seluruh tubuh manusia, sebenarnya) tidak berevolusi selama 60 ribu tahun terakhir. Tapi, keadaan di sekeliling kita berubah. Artinya, kita harus menghadapi situasi yang berbeda dengan hardware yang sama. Itulah mengapa kita masih ingat pekerjaan yang belum selesai sampai larut malam.

Lalu bagaimana solusinya?

Sebenarnya ada jalan keluar untuk hal ini. Karena kita tidak bisa mengubah jaringan di otak kita, maka yang bisa kita lakukan adalah memanipulasinya.

Menipu otak?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kurang lebih.

Jadi kita membuat sebuah sistem yang membuat otak kita menyangka bahwa semua pekerjaan hari itu sudah kelar. Dengan demikian, otak kita tidak memutar-mutar memori tentang pekerjaan itu.

Caranya mudah.

Pertama, bagi satu proyek, pekerjaan, atau tugas menjadi sejumlah fase. Dibuat per hari. Jangan menjadikannya sebagai satu gelondongan kayu yang besar. Potong dan cacah-cacah. Misalnya, Proyek A kita cacah menjadi 20 item.

Kedua, catat. Setiap hari, menjelang pulang, catat pekerjaan yang sudah Anda kerjakan. Misalnya, dari Proyek A hari ini kita sudah mengerjakan 5 items. Catat kelimanya di agenda di bawah tanggal hari ini. Saya biasnya memakai Google Calendar agar lebih mudah. Poin 6-20 yang belum selesai saya pindahkan ke tanggal berikutnya, besok.

Dengan demikian, saya telah berhasil menurunkan beban tunggakan pekerjaan dari otak ke atas kertas. Dengan demikian, otak tidak terbebani secara otomatis untuk selalu mengingatnya.

Hal ini juga membuat saya mampu mengatakan kepada diri sendiri, “Hari ini sudah selesai. Lima hal sudah kelar. Besok akan kita kerjakan yang lain.”

Bagaimana kalau tidak ada yang selesai, atau sejumlah item terlambat?

Sama prosesnya. Kita tinggal bilang lagi bahwa, apa yang bisa saya kerjakan malam ini, toh tidak ada. Mau saya pikirkan atau tidak, tidak akan mengubah keadaan. Besok saya akan kerja lebih keras untuk mengerjakan poin 6 dan seterusna.

Sejauh ini, apa yang saya lakukan ini berhasil memanipulasi otak hingga dapat lebih tenang di malam hari. Pekerjaan yang sudah lewat, ya sudahlah, sisanya kerjakan besok.

Tulisan ini sudah tayang di Almuslim

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jangan Tanyakan 4 Hal Pribadi Ini saat Wawancara Kerja

14 menit lalu

Ilustrasi pria dan wawancara kerja. Shutterstock
Jangan Tanyakan 4 Hal Pribadi Ini saat Wawancara Kerja

Saat melakukan wawancara kerja, fokuslah pada pertanyaan terkait pekerjaan dan hindari bertanya soal kehidupan pribadi pelamar kerja.


Banyak Orang Masih Salah Kaprah soal Epilepsi, Cek Faktanya

5 jam lalu

Ilustrasi anak kejang/epilepsi. Redcross.org.uk
Banyak Orang Masih Salah Kaprah soal Epilepsi, Cek Faktanya

Masih banyak orang yang salah kaprah terkait epilepsi. Dokter beri faktanya untuk meluruskan.


4 Tanda Tubuh Kekurangan Omega-3

3 hari lalu

Omega 3
4 Tanda Tubuh Kekurangan Omega-3

Kekurangan omega-3 dapat menyebabkan sejumlah masalah pada tubuh.


26 Maret Diperingati Hari Epilepsi Sedunia, Kenali Penyebab dan Gejalanya

3 hari lalu

Ilustrasi epilepsi. firstaidlearningforyoungpeople.redcross.org.uk
26 Maret Diperingati Hari Epilepsi Sedunia, Kenali Penyebab dan Gejalanya

Epilepsi merupakan gangguan sistem saraf pusat akibat pola aktivitas otak yang tidak normal.


4 Dampak Buruk Kecanduan pada Kognitif Anak

4 hari lalu

Ilustrasi video game. Sumber: Korea e-Sports Association via Facebook/asiaone.com
4 Dampak Buruk Kecanduan pada Kognitif Anak

Kecanduan game atau media sosial sangat buruk terhadap kemampuan kognitif anak. Berikut empat dampak jeleknya.


Mengenal Aneurisma Otak, Terjadinya Penipisan pada Arteri Otak

5 hari lalu

Ilustrasi otak. Pixabay
Mengenal Aneurisma Otak, Terjadinya Penipisan pada Arteri Otak

Aneurisma otak yang pecah menimbulkan banyak gejala, termasuk "sakit kepala petir", yang dikenal dengan rasa sakit yang tiba-tiba dan menyiksa.


Mengenal Neuroferritinopathy, Penyakit Genetik yang Hanya Dimiliki Sekitar 100 Orang di Dunia

5 hari lalu

Ilustrasi otak. Pixabay
Mengenal Neuroferritinopathy, Penyakit Genetik yang Hanya Dimiliki Sekitar 100 Orang di Dunia

Neuroferritinopathy penyakit genetik yang hanya dimiliki sekitar 100 orang di dunia. Bagaimana gejala dan pengobatannya?


6 Tips Ikut Walk-in Interview Pekerjaan agar Tak Sia-Sia Datang

6 hari lalu

Ilustrasi wanita sedang wawancara kerja. shutterstock.com
6 Tips Ikut Walk-in Interview Pekerjaan agar Tak Sia-Sia Datang

Para pencari kerja perlu mempersiapkan diri sebelum menghadapi walk-in interview.


Kenapa Cari Kerja Susah Sekarang? Ini Penjelasannya

7 hari lalu

Ilustrasi lowongan kerja. Tempo/M Taufan Rengganis
Kenapa Cari Kerja Susah Sekarang? Ini Penjelasannya

Pertumbuhan ekonomi RI tidak diikuti penyerapan kerja yang optimal.


Dampak Perang Gaza, Angka Pengangguran di Palestina di Atas 50 Persen

10 hari lalu

Sekelompok pria pengangguran membakar kardus ketika mereka berusaha menghangatkan diri ketika fajar di Kota Gaza, 18 Februari 2019. Orang-orang itu mengatakan mereka akan dengan senang hati bekerja hanya dengan 5 syikal sehari (sekitar 1,35 Dolar AS) tetapi tidak ada pekerjaan. Pada Oktober 2018, Bank Dunia mengatakan, 54 persen tenaga kerja Gaza menganggur, termasuk 70 persen pemuda. REUTERS/Dylan Martinez
Dampak Perang Gaza, Angka Pengangguran di Palestina di Atas 50 Persen

ILO memperkirakan jika perang Gaza masih berlanjut sampai akhir Maret 2024, maka angka pengangguran bisa tembus 57 persen.