Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Asyiknya Jelajah Cirebon: dari Nasi Lengko Hingga Batik Trusmi

Reporter

image-gnews
Bangunan Keraton Kasepuhan yang dibangun oleh Panembahan Pakungwati I tahun 1529 di Cirebon, Jawa Barat, (26/1). Keraton kerajaan Islam ini merupakan perluasan dari Keraton Pakungwati yang dibangun oleh Pangeran Cakrabuana. TEMPO/Prima Mulia
Bangunan Keraton Kasepuhan yang dibangun oleh Panembahan Pakungwati I tahun 1529 di Cirebon, Jawa Barat, (26/1). Keraton kerajaan Islam ini merupakan perluasan dari Keraton Pakungwati yang dibangun oleh Pangeran Cakrabuana. TEMPO/Prima Mulia
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Jauh sebelum subuh saya tiba di Stasiun Prujakan, Cirebon. Hening, sepi, sunyi, dan hanya beberapa orang masih tertinggal di stasiun kecil ini. Sambil menunggu terang, saya rebahkan badan di kursi-kursi yang tersedia, seperti halnya para penumpang lain. Kemudian, mata saya tiba-tiba saja terpejam, lelap. Saya terbangun oleh bunyi telepon genggam, pada layarnya tertulis ‘Bapakku’.

“Iya Pak”

“Udah sampai Cirebon?” tanya bapak.

“Sudah, tapi masih di stasiun nunggu terang.”

“Sama siapa?” bapak melanjutkan.

Banyakan ada penumpang yang lain.”

“Iya lah kalau itu mah banyak penumpang yang lain. Di Cirebon nanti sama siapa? ada yang dikenal ga?” tanya bapak lagi dengan nada khawatir.

“Sendirian aja, ga ada. Sudah santai aja, di sini rame kok. Doain aja, aman dan selamat.” saya coba menenangkan Bapak yang sedikit khawatir.

“Iya didoakan, hati-hati aja.’

Tak lama telepon pun ditutup. Saya bergegas mencuci muka, gosok gigi, dan mengganti pakaian di toilet umum. Setelah selesai bebenah, saya berjalan ke meja informasi untuk bertanya perihal ojek daring.

“Di sini sudah bisa pakai ojek online Mba?”

“Sudah bisa, pesan saja di sini. Tunggu di depan. Itu banyak ojek online-nya,” jawab seorang petugas wanita yang ramah dipagi saya yang penuh kantuk.

Ojek daring membawa saya menjauh dari stasiun, menyusuri jalan yang masih sepi. Dalam perjalanan, Bapak pengemudi memberitahu jika kami harus memutar, dikarenakan hari minggu pagi ada penutupan jalan untuk car free daySaya sedikit kesulitan mencari lokasi penginapan budget yang dipesan. Setelah mencari dan menelepon penginapan, akhirnya saya mendapati penginapan tersebut tak jauh dari Stasiun Cirebon.

Seorang bapak di meja respsionis mempersilahkan saya menyimpan barang-barang di loker yang sudah mereka siapkan. Tas yang berisi pakaian, saya taruh di loker tersebut, untuk kemudian mulai menyusuri jalanan Kota Cirebon dengan berjalan kaki sambil memotret. Dua hari (2-3 Desember 2018) saya singgah di kota yang memiliki julukan Kota Udang ini, yang juga terkenal dengan terasinya. Namun, ternyata Cirebon lebih dari itu, Cirebon juga terkenal dengan wisata kuliner, sejarah, dan religi, serta batik trusmi yang mendunia.

Stasiun Cirebon

Dari arah penginapan saya menyeberang menuju sebuah tugu kepala lokomotif dan kemudian lurus terus hingga sampai ke depan Stasiun Cirebon. Bangunan tua nan megah ini terlihat cantik pagi itu, ia berkolaborasi dengan langit biru dan sedikit awan putih. Saya mengarahkan kamera untuk bisa mengabadikan bangunan ini.

Stasiun Cirebon atau juga dikenal Stasiun Kejaksaan merupakan stasiun besar yang terletak di Kebonbaru, Kejaksaan, Kota Cirebon. Gedungnya bergaya art nouveau dan art deco dan dibangun pada tahun 1920 dengan arsitek bernama Pieter Adriaan Jacobus Moojen. Bagi saya, Stasiun Cirebon ini salah satu bangunan stasiun yang unik dan tidak membosankan untuk terus dipandang. Seperti kamu!

Stasiun Cirebon yang sudah berusia ratusan tahun. 

Tepat di depan stasiun, saya berbelok ke arah kiri menyusuri trotoar dan jalanan sepi yang hanya sesekali dilalui kendaraan bermotor. Di bawah langit biru dan udara yang masih sejuk dipukul tujuh pagi, saya berjalan menikmati sudut Kota Cirebon. Menjelang pukul 9 pagi saya baru bisa merasakan bahwa Cirebon itu panas banget. Jadi kalau mau muter-muter Cirebon pagi sama sore saja deh

Area Penduduk di Sekitar Stasiun

Saya terus berjalan, menyusuri trotoar yang sangat bersih. Rumah-rumah berukuran kecil tepat dibangun menempel pada trotoar ini. Beberapa ibu-ibu bahkan sedang menyapu trotoar. Saya melihat seolah-olah trotoar ini adalah halaman depan rumah mereka. Makanya disapu dan dibersihkan, bebas sampah.

Dari kejauhan sudah tampak menara sebuah masjid yang saya sinyalir sebagai masjid terbesar di Kota Cirebon. Karena langitnya biru dengan awan tebal seperti kapas yang bergelombang, ujung menara solah akan menembus gumpalan tersebut. Bagus dipandang mata, kalau di kamera sih hasilnya tergantung yang memfotonya saja. hehe

Menara Masjid At Taqwa Cirebon

Masjid Raya At-Taqwa Cirebon 

Saya tiba dipelataran masjid yang sangat megah dengan pohon kurma menghiasi dibagian sisinya, Masjid Raya AT-Taqwa namanya. Menurut Mbah Wikipedia, masjid ini dibangun tahun 1918 dan memiliki dua bagian utama. Bagian-bagian tersebut terdiri dari Tajug Agung (yang merupakan bangunan masjid) dan alun-alun. Tahun 1951, atas usulan Kepala Koordinator Urusan Agama Cirebon, R.M. Arhatha, bangunan Tajug Agung direnovasi menjadi lebih besar. Hingga tahun 1963 bangunan tersebut diresmikan dengan nama At-Taqwa.

Meskipun masih terbilang pagi, masjid ini sudah sangat ramai. Parkiran kendaraan terisi penuh, bahkan terpaksa harus parkir dibadan jalan di sekitanya. Selain mereka yang hendak ke masjid, banyak dari yang lainnya datang untuk berolah raga dan bermain di area alun-alun yang tepat berada di depan masjid. Jadi, memang jika hari minggu pagi, banyak orang berdatangan ke tempat ini. Super ramai!

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kuliner Nasi Jamblang, Empal Gentong, Nasi Lengko

Untuk masalah kuliner sendiri, Cirebon ternyata menyimpan banyak menu kuliner yang khas dan lezat, selain tahu gejrot yang sudah lebih dahulu terkenal. Saat di Cirebon saya mencoba beberapa kuliner andalan kota ini, yaitu Nasi Jamblang, Empal Gentong, dan Nasi Lengko. ‘Dua hari satu malam di Cirebon cuma nyoba tiga makanan? kurang banyak cuy. Porsinya dikit pula!

“Iya sedikit, karena timbunan lemak sudah terlalu banyak di badan.” 


Nasi Jamblang Bu Nur dengan porsi makan saya yang sedikit

Nasi Jamblang itu sebenarnya nasi biasa yang disajikan dengan berbagai lauk pauk yang bisa kita pilih sesuka hati. Bedanya terletak pada daun jati yang menjadi alas dari sajian ini. Kalau biasanya alas tuh rata-rata menggunakan daun pisang, nah ini pakai daun jati. Kata ‘Jamblang’ sendiri berasal dari nama Desa Jamblang di pinggiran Cirebon.

Makanan khas lainnya adalah Empal Gentong. Makanan ini mirip seperti soto santan sih menurut saya, karena isinya berupa potongan daging, jeroan, dan irisan seledri. Berikutnya yang tak kalah enak adalah Sega Lengko atau Nasi Lengko. Makanan ini tuh semacam nasi campur dengan potongan tahu dan tempe goreng, toge, timun dicacah, dan irisan seledri. Kemudian disiram bumbu kacang di atasnya, serta tak ketinggalan kerupuk. Terdapat pilihan lauk untuk menemani kelezatan Nasi Lengko yang rasanya mirip pecel ini. 

Goa Sunyaragi

Meskipun masih pagi, udara di Cirebon cenderung panas. Saya tiba sekitar pukul 9 pagi di salah satu tempat wisata sejarah yang terkenal di Cirebon, Gua Sunyaragi namanya. Nama tersebut berasal dari Bahasa Sanksekerta yaitu ‘Sunya‘ artinya sepi dan ‘Ragi‘ artinya raga, sehingga berarti raga yang sepi. Gua yang memiliki nama lain Tamansari Gua Sunyaragi ini merupakan tempat peristirahatan dan meditasi dari Sultan Cirebon dan keluarganya.


Goa Sunyaragi Cirebon

Merupakan Cagar Budaya, tempat ini memiliki luas sekitar 15 hektar yang terbagi menjadi dua bagian yaitu, pesanggrahan dan gua. Untuk guanya sendiri terdiri dari Gua Peteng, Gue Pande Kemasan, Gua Pawon, Gua Pengawal, Gua Padang Ati, Bangsal Jinem, dan Mande Beling. Semua tempat tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda. Kalau kamu penasaran, datang saja ke sana dan gunakan jasa pemandu yang tersedia ya. Sehingga liburannya dapat, pengetahuan pun bertambah.

 

Goa Sunyaragi Cirebon, dibangun dari bata-bata yang disusun dan karang-karang

Awalnya saya akan menggunakan pemandu untuk menemani berkeliling, tapi karena voice recorder tertinggal, jadi saya putuskan untuk kembali lagi esok hari ke tempat ini untuk bertanya banyak perihal tempat yang memiliki bangunan yang unik ini. Pada bagian pagar dan pintu, tersusun dari batu bata merah layaknya peninggalan kerajaan mataram di Yogyakarta, tapi pada bagian goa, bangunan megah tersebut dilapisi dengan karang-karang. Jadi seperti perpaduan antara bangunan Mataram, Jawa, dan Tionghoa.


Goa Peteng di Komplek Goa Sunyaragi Cirebon

Ketika menyusuri gua ini, saya melihat beberapa dupa yang terselip dan masih menyala. Saat itu pula saya baru tersadar sedang berada ditempat yang kemungkinan menjadi tempat suci untuk ajaran tertentu. Dalam hati saya mengucap salam dan permisi untuk bisa melihat-lihat tempat ini. Hingga ketika lelah berkeliling saya bergabung duduk di sebuah gazebo untuk berbincang-bincang dengan petugas yang sedang berjaga.

Kami terlibat obrolan bukan lagi pada keberadaan tempat ini, melainkan hakikat keberadaan kita di muka bumi ini. Hakikatnya menjadi manusia yang membawa manfaat. Menjadi pribadi yang lebih baik, yang mencintai Tuhan dan keluarga. Serta agar menjadi sosok yang bisa menjadi inspirasi untuk sesama. Salah satu percakapan yang akan selalu diingat adalah mengenai arti nama saya. ‘Nunuz’ kata yang berasal dari Bahasa Arab yang berarti TURUN, menjadi hal lain ketika mereka representasikan.

“Nama saya Nunuz,” saya mengenalkan diri.

“Itu nama…”

Belum juga si bapak usai bertanya, saya sudah bisa menebak arah pertanyaannya. ” Itu nama panggilan, tapi nama asli loh. Artinya Turun.” saya menjelaskan.

“Pantas saja kamu itu anaknya nurut.” ungkap Sang Bapak di sana.

“Turun Pak bukan Nurut.” sanggah saya.

“Iya, Turun, Nurut.”

Saat itulah saya tahu bahwa ada doa lain yang terselip dari nama Eneng Nunuz Rohmatullayaly selain “Turunnya Rahmat Di Waktu Malam”. Mungki hal tersebut adalah harapan almarhum kakek saya untuk kemudian hari selain menjadi rahmat, saya pun menjadi anak yang memiliki bakti terhadap orang tua. 

Museum Trupark, Semua Tentang Batik Cirebon

Tempat terakhir dan yang sebenarnya paling ingin saya kunjungi adalah Desa Trusmi. Desa yang namanya saya tahu ketika membaca buku “Urang Kanekes” karya Don Hasman dan Filomena Reiss. Saya mengarahkan peta ke sebuah lokasi bernama Batik Trusmi dengan harapan bisa sampai ke desa ini. Tapi ternyata salah, saya malah terdampar di suatu toko yang super besar dan merupakan sentra oleh-oleh batik Khas Cirebon.

Museum Trupark Cirebon

Karena tak hendak berbelanja, saya hanya melihat-lihat sebentar dan kemudian bertanya pada Pak Satpam perihal tempat di mana saya bisa melihat ibu-ibu sedang membatik. Pak Satpam menyarankan saya untuk keluar gedung dan berbelok kearah kiri, karena persis dibelakang gedung, biasanya ibu-ibu sedang berdemo bagaimana cara membatik. Dengan semangat, saya bergegas keluar gedung. Namun sayang, saya tak bisa menemukan apa yang diceritakan Pak Satpam.

Saya malah menemukan sebuah gedung bertuliskan Museum Trupark, dengan berbagai karangan bunga yang bertuliskan ‘Selamat Atas Dibukanya Museum Trupak’ menghiasi pelatarannya. Pada seorang pria yang kebetulan melintas, saya bertanya apakah sudah bisa mengunjungi museum ini atau belum. Dan inilah kejutan berikutnya perihal Cirebon dengan Batik Trusmi yang melegenda dan mendunia. 

Tulisan ini sudah tayang di Kelanaku

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

2 hari lalu

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, mendukung rencana pagelaran fashion show oleh Dian Natalia Assamady bertajuk "Keindahan Karya Kain. Tenun dan Batik Ku Indonesia".


Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

3 hari lalu

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melakukan pertemuan bilateral dengan Managing Director International Finance Corporation (IFC) Makhtar Diop di Washington DC, Amerika Serikat, Ahad, 21 April 2024. Sumber: Instagram @smindrawati
Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan kain batik pada hari terakhirnya di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April kemarin.


Jumlah Penumpang Kereta Api Lebaran Wilayah Cirebon Naik 17 Persen

4 hari lalu

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (paling kiri) meninjau Stasiun Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (9 Maret 2024). (ANTARA/Fathnur Rohman)
Jumlah Penumpang Kereta Api Lebaran Wilayah Cirebon Naik 17 Persen

Rata-rata harian jumlah penumpang kereta api Daop 3 Cirebon mencapai lima ribu orang.


Wisata Bahari Kejawanan Paling Banyak Dikunjungi Wisatawan saat Libur Lebaran di Cirebon

5 hari lalu

Wisata Bahari Kejawanan Cirebon (Instagram/@wbkejawanan)
Wisata Bahari Kejawanan Paling Banyak Dikunjungi Wisatawan saat Libur Lebaran di Cirebon

Selama 11-15 April di libur Lebaran, ada lebih dari 50 ribu wisatawan yang berkunjung ke Kota Cirebon.


Tradisi Unik Lebaran Ketupat di 5 Daerah, Salah Satunya Madura Rayakan Tellasan Topak

6 hari lalu

Puluhan Gunungan Ketupat didoakan sebelum diperebutkan dalam Lebaran Ketupat di Bukit Sidoguro kawasan Rawa Jombor, Krakitan, Bayat, Klaten, 13 Juli 2016. TEMPO/Bram Selo Agung
Tradisi Unik Lebaran Ketupat di 5 Daerah, Salah Satunya Madura Rayakan Tellasan Topak

Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi yang berbeda untuk merayakan lebaran ketupat yang biasanya pada 7 atau 8 syawal.


Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

6 hari lalu

Sejumlah remaja perwakilan dari berbagai daerah berjalan dengan mengenakan busana kolaborasi kebaya, adat, dan batik saat mengikuti pagelaran fesyen Batik Specta Nusantara di Kawasan Cagar Budaya Nasional Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, Sabtu 1 Oktober 2022.  Pagelaran fesyen yang menampilkan 1.000 busana batik nusantara itu sebagai upaya Pemerintah Kota Semarang mendukung Gerakan Peningkatan Produk Dalam Negeri (P3DN) sekaligus dalam rangka menyambut Hari Batik Nasional. ANTARA FOTO/Aji Styawan
Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

Kota Lama Semarang hingga Taman Lele, Semarang tak pernah kehabisan destinasi wisata.


Lebaran Ketupat Digelar Esok di Cirebon, Salah Satunya di Pesantren Benda Kerep

9 hari lalu

Pesantren Benda Kerep adalah salah satu pesantren tua di Cirebon yang masih berdiri hingga kini.
Lebaran Ketupat Digelar Esok di Cirebon, Salah Satunya di Pesantren Benda Kerep

Lebaran ketupat digelar setelah dilakukan puasa 6 hari di bulan Syawal


Singgah ke Cirebon saat Libur Lebaran, Jangan Lupa Cicip Tiga Kuliner Lezat dan Bersejarah Ini

10 hari lalu

Empal Gentong. Shutterstock
Singgah ke Cirebon saat Libur Lebaran, Jangan Lupa Cicip Tiga Kuliner Lezat dan Bersejarah Ini

Cirebon memiliki sejumlah kuliner yang bersejarah dan memiliki cita rasa yang lezat.


Empat Teknisi Septic Tank Cirebon Super Block Mall Tewas, Polisi Periksa Enam Saksi

12 hari lalu

Kepala Satreskrim Polres Cirebon Kota AKP Anggi Eko Prasetyo saat memberikan keterangan di Cirebon, Jawa Barat. Foto: ANTARA/Fathnur Rohman
Empat Teknisi Septic Tank Cirebon Super Block Mall Tewas, Polisi Periksa Enam Saksi

Empat teknisi itu tewas setelah melakukan perawatan rutin di ruang septic tank Cirebon Super Block Mall


Ziarah Kubur dan Tradisi Tanaman Selasih di Bulan Syawal

12 hari lalu

Ade, penjual tanman selasih di kawasan TPU Jabang Bayi, Kota Cirebon. Tanaman sellsih dipercya masyarakt Cirebon dan sekitarny menjadi bunga yang wajib dibawa pada ziarah kubur di bulan Syawal sehingga bermunculan penjual dadakan yang menjual tanaman selasih. Ivansyah
Ziarah Kubur dan Tradisi Tanaman Selasih di Bulan Syawal

Tradisi ziarah kubur saat bulan Syawal di Cirebon dan di wilayah yang dipengaruhi oleh ajaran Sunan Gunung Jati, dengan membawa tanaman selasih