Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Parenting: Mengenal Egosentris pada Anak

image-gnews
Ilustrasi orang tua dan anak (pixabay.com)
Ilustrasi orang tua dan anak (pixabay.com)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Orang tua terkadang tak menyadari bahwa anak juga manusia yang memiliki sikap egosentris. Kemarin ada anak tetangga mengambil mainan yang sudah rusak punya si Rais. Ku kira karena sudah rusak jadi aku biarkan anak tersebut mengambilnya. Ternyata si Rais sangat tak senang hingga berujung tantrum.

 
"Mamas gak mau. Mainan diambil adek itu," ujar si bungsu kami ini.
 
"Kan mainan itu dah rusak, Mas. Gakpapa ya nak? Nanti ummi kasih yang baru"
 
Karena ku pikir mainan itu memang sudah rusak jadi tak ada salahnya diambil. Ternyata tidak begitu pemikiran Rais. Dia marah dan mengamuk. Padahal aku menawarkan mainan serupa yang baru, ya baru saat itu juga (berhubung memang ada stok sisa barang jualan). Tapi ternyata itu tidak membuat dia berhenti menangis.
 
 
 
 
Akhir bulan lalu, saat mengikuti kelas komunikasi anak "Memperbaiki Pola Asuh dengan Komunikasi yang Tepat" bersama Emak Safithrie Sutrisno. Aku serasa ditampar bolak-balik. Ternyata yang aku lakukan kemarin sebuah kesalahan yang sangat fatal dan kejadian yang menyakitkan bagi Rais. 
 
Ternyata yang dilakukan Rais itu sangat lumrah. Tindakan tersebut muncul karena adanya sifat egosentris. Semua manusia pasti memiliki ego. Sifat yang hanya mementingkan diri sendiri tanpa memikirkan orang lain, sifat ini dimiliki anak-anak dan dewasa. Tapi jika anak-anak dinamakan egosentris, maka orang dewasa itu dinamakan egois.
 
Kenapa berbeda ya antara egosentris dan egois? Ya tentu saja berbeda. Egosentris tercipta saat seorang anak belum mampu untuk memahami pikiran orang lain, sedangkan egois dia sudah mampu untuk memahami pikiran orang lain, namun dia tidak mau untuk memahami orang lain.
 
Sifat egosentris inilah yang mendominasi anak usia dini kisaran 2-6 tahun. Selain kejadian yang dialami Rais di atas. Ada contoh lain, misalnya si adek punya makanan dan tidak mau berbagi dengan kakak, sebaiknya yang kita lakukan adalah menghargai pendapat si adek dan memberi pengertian ke si kakak. Mungkin ada yang berpikir, duh masih kecil kok gak diajari berbagi sih, kok masih kecil udah pelit, dan pendapat negatif lainnya yang sejenis.
 
Padahal sangat penting untuk mengisi kantung jiwa egosentris ini pada anak usai dini. Agar saat dewasa dia mampu menghargai orang lain. Sebaliknya jika egosentris ini tidak terpenuhi, anak akan tumbuh menjadi orang dewasa yang egois karena dia merasa saat masa kecil pendapatnya tak dihargai sehingga dia akan melakukan hal yang sama kepada orang lain. Yang ada dalam dirinya hanya kepentingan diri sendiri saja, tidak peduli dengan orang lain yang disekelilingnya itu bukan menjadi urusannya. Menyeramkan bukan? Dan itulah yang terjadi disekeliling kita sekarang. Contoh kecilnya seseorang yangn egosentrisnya tak tertuntaskan dimasa kecil dan saat dewasa menjadi pemimpin, yang dipikirkannya hanyalah bagaimana caranya memperkaya diri sendiri.
 
Kusangka hal ini sangat remeh dan awalnya aku ingin mengajarkan Rais bisa berbagi sejak dini. Makanya jika ada kejadian yang serupa, kata emak safitri yang kulakukan adalah menanyakan keinginannya dahulu.
 
Apakah dia mau meminjamkan atau memberikan suatu barang kepada orang lain? Jika dia mau meminjamkan atau memberikan haruslah karena benar keinginannya bukan karena intimidasi pihak-pihak tertentu. Sebaliknya jika dia tidak mau melakukannya  maka sikap kita adalah menghargainya, memintanya untuk menyembunyikan barang tersebut atau membiarkannya main sendiri untuk sementara waktu sehingga keributan pun dapat diminimalisir.
 
 
 
 
Insya Allah jika kantung jiwa egosentris ini telah terpenuhi, anak-anak akan mulai belajar berbagi tanpa perlu kita suruh lagi. Dan kelak ketika mereka dewasa mereka akan menjadi manusia yanng mempunyai rasa simpati dan empati yang tinggi terhadap sesamanya.

Tapi perlu diingat, tidak semua keinginan anak juga harus dipenuhi ya mak. Sebagai orangtua kita tetap harus memiiliki batasan. Apa saja itu?

  • Tidak melanggar syariat dalam ajaran agama kita:
  • Tidak melanggar norma/adat yang berlaku di dalam suatu masyarakat; dan
  • Tidak membahayakan dirinya dan orang lain di sekitarnya.

Ternyata ada banyak hal yang ku anggap hal yang kecil dalam proses pengasuhan ternyata berdampak besar pada diri sang anak nantinya. Memanglah menjadi orangtua itu harusnya punya banyak ilmu yang harus diturunkan ke anak.
 
Tulisan ini sudah tayang di Roemahaura
 
Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pemicu Remaja Terpengaruh Hal Negatif, Media Sosial dan Kurang Percaya Diri

39 menit lalu

Ilustrasi remaja perempuan sedang melihat gawai. (Unsplash/Luke Porter)
Pemicu Remaja Terpengaruh Hal Negatif, Media Sosial dan Kurang Percaya Diri

Pengaruh media sosial merupakan pemicu remaja rentan terpengaruh hal buruk, selain karena korban pola asuh yang kurang maksimal.


Alasan Psikolog Minta Pernikahan Sudah Dipikirkan sejak Remaja

1 jam lalu

Ilustrasi Pernikahan/Alissha Bride
Alasan Psikolog Minta Pernikahan Sudah Dipikirkan sejak Remaja

Psikolog mengatakan persiapan pernikahan dan berkeluarga sebaiknya sudah dipikirkan sejak remaja, ini alasannya.


Pakistan Laporkan Kasus Polio Pertama dalam 16 Tahun

4 hari lalu

Pakistan Laporkan Kasus Polio Pertama dalam 16 Tahun

Pada 2023 Pakistan melaporkan enam kasus polio sedangkan pada 2022 angkanya adalah 20 kasus.


Perhatikan Kesehatan Anak untuk Cegah Cacar Monyet

5 hari lalu

Ilustrasi MPOX. Shutterstock
Perhatikan Kesehatan Anak untuk Cegah Cacar Monyet

WHO menyebutkan anak-anak berisiko lebih tinggi terkena cacar monyet, bahkan lebih parah dibanding orang dewasa. Jaga selalu kesehatannya.


Cara Mengedukasi Anak untuk Cegah Pelecehan Seksual Menurut Psikolog

6 hari lalu

Ilustrasi pelecehan seksual pada anak laki-laki. Shutterstock
Cara Mengedukasi Anak untuk Cegah Pelecehan Seksual Menurut Psikolog

Psikolog membagi tips bagi orang tua dalam mengedukasi anak untuk mencegah menjadi pelaku atau korban pelecehan seksual.


Jokowi Ungkap Paus Fransiskus Kaget Mendengar Warga RI Masih Memilih Punya Anak

6 hari lalu

Pemimpin Takhta Suci Vatikan Paus Fransiskus (tengah) sebelum meninggalkan Indonesia di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, 6 September 2024. Dok. INDONESIA PAPAL VISIT COMMITTEE/ DANU KUSWORO
Jokowi Ungkap Paus Fransiskus Kaget Mendengar Warga RI Masih Memilih Punya Anak

Jokowi mengatakan bahwa dirinya berbicara banyak hal dengan Paus Fransiskus, utamanya perbincangan soal perdamaian dunia.


Keluarga Eks Presiden Korsel Moon Jae In dalam Pengawasan Ketat Gara-gara Bantu Menantu

10 hari lalu

Mantan Presiden Moon Jae-in (kiri), yang saat itu menjadi kandidat presiden dari Partai Demokrat, berpose dengan putrinya Moon Da-hye selama kampanye terakhir pemilihan presiden ke-19 di Gwanghwamun Square di Seoul, dalam foto arsip ini dari 8 Mei 2017. /News1
Keluarga Eks Presiden Korsel Moon Jae In dalam Pengawasan Ketat Gara-gara Bantu Menantu

Jaksa Korsel yang menyelidiki tuduhan perekrutan yang melibatkan mantan menantu laki-laki eks Presiden Moon Jae In, telah memperluas penyelidikan


6 Pola Asuh Kesehatan untuk Cegah Anak Stunting

10 hari lalu

Ilustrasi stunting. freepik.com
6 Pola Asuh Kesehatan untuk Cegah Anak Stunting

Berikut enam pola asuh kesehatan pada anak yang perlu dipahami orang tua untuk mencegah anak stunting.


LBH Medan Desak Polisi Ungkap Kasus Penembakan Anak di Serdang Bedagai

10 hari lalu

LBH Medan dan KKJ Sumut meminta Polda Sumut tidak melimpahkan kasus pembunuhan wartawan Tribrata TV ke Polres Karo. TEMPO/Mei Leandha
LBH Medan Desak Polisi Ungkap Kasus Penembakan Anak di Serdang Bedagai

LBH Medan mendesak Polres Sergai segera mengungkap kematian MAF karena bertentangan dengan Undang-Undang Perlindungan Anak.


Membuat Proyek Bantu Anak Belajar Berhitung Hingga Percaya Diri

12 hari lalu

Sekolah Dian Harapan/SDH
Membuat Proyek Bantu Anak Belajar Berhitung Hingga Percaya Diri

Ada berbagai cara melatih anak belajar multidisiplin. Membuat proyek pribadi menjadi salah satu cara ampuh anak belajar beragam ilmu.