Memahami Pikiran Pramoedya Ananta Toer dari Arsip-arsip Lawas

Kamis, 12 Juli 2018 12:10 WIB

Google Doodle Rayakan Ultah Pramoedya Ananta Toer ke-92. google.com

TEMPO.CO, Jakarta - Saya mendatangi pameran tentang sastrawan besar Indonesia, Pramoedya Ananta Toer. Pameran bertajuk “Namaku Pram: Catatan dan Arsip” tidak hanya memadukan diri Pramoedya Ananta Toer sebagai penulis namun juga ayah bagi ketiga anaknya. Bila biasanya kita mengenal Pram melalui buku-bukunya, dalam pameran ini, pengunjung akan diajak melihat Pram dari sisi lainnya.

Pada akhir Mei lalu, saya mengunjungi pameran ini untuk kedua kalinya. Kali ini berbeda karena saya pergi bersama dengan kakek saya. Beliau yang mengenalkan saya dengan karya-karya Pram sejak dini (walaupun saya baru baca ketika di SMA). Kebetulan, hari itu saya bisa mengikuti tur dipandu oleh Mbak Enggel Tanzil bersama dengan Surya Sahetapy dan sang ayah, Ray Sahetapy. Lagi-lagi berbeda dari biasanya, tur kali itu Mbak Engel ditemani oleh seorang interpreter bahasa isyarat karena ternyata sebagian besar peserta tur hari itu adalah tunarungu. Wow!

Lokasi pameran ini digelar memang tidak terlalu besar, Dia.Lo.Gue Art Space, Kemang Raya, namun dapat membawa kita tenggelam dalam nama Pram yang besar. Pameran akan diawali dengan linimasa kehidupannya beserta catatan-catatan pribadinya; termasuk tulisan tangannya. Di bagian ini, pengunjung tidak diizinkan mengambil gambar. Kebijakan ini menjadikan saya benar-benar membaca setiap katanya.

Di antara ruang arsip dan linimasa, pengunjung akan disuguhi video yang berisi pendapat orang-orang sekitar Pram mengenai dirinya. Di ruang arsip, ada surat-surat, foto, serta penghargaan yang telah diterima oleh beliau. Sebagian ada yang didapat dari salah seorang penulis Korea yang juga sahabatnya–saya lupa namanya. Arsip-arsip berharga ini, belum pernah dipamerkan di manapun, bahkan di awal, pihak keluarga merasa ragu untuk memamerkannya.

Butuh waktu dua tahun untuk menyiapkan pameran ini, cerita Mbak Engel–kurator sekaligus pemilik Dia.Lo.Gue Art Space. Bukan hanya untuk mengumpulkan konten, tapi saya yakin juga untuk memikirkan kemasan pameran yang cocok untuk orang sebesar Pram. Bagaimana membawa pengunjung tahu sisi lain Pram, sang penulis hebat; bagaimana dia berkomunikasi dengan anak-anaknya lewat surat–yang hanya dikirimkan satu tahun sekali–ketika di Pulau Buru; bagaimana anak-anaknya mulai lupa akan sosok ayah karena sudah terlalu lama ditinggal; bagaimana beliau bekerja dan kebiasaannya, semua tersaji dengan apik di pameran ini.

Advertising
Advertising

Di depan ruang kerja Pram, tepat di akhir tur, Mbak Engel mengakhiri tur dan memberi kesempatan pengunjung untuk bertanya. Kakek saya bertanya. Tidak jelas pertanyaannya apa, yang pasti beliau mengakhirinya dengan menangis. Beliau takut, jika Pram masih dianggap sebagai komunis… Sakit, semua orang pun ikut meneteskan air mata di situ, tanpa terkecuali. Keluar dari area gedung, pengunjung disuguhi Taman Kata-kata–kutipan tulisan Pram yang dicetak di atas kain putih.

Tulisan sudah tayang di ireneswastiwi

Berita terkait

18 Tahun Kepergian Pramoedya Ananta Toer, Kisah dari Penjara ke Penjara

2 hari lalu

18 Tahun Kepergian Pramoedya Ananta Toer, Kisah dari Penjara ke Penjara

Sosok Pramoedya Ananta Toer telah berpulang 18 tahun lalu. Ini kisahnya dari penjara ke penjara.

Baca Selengkapnya

5 Buku Terlarang yang Pernah Dirazia di Indonesia

6 November 2023

5 Buku Terlarang yang Pernah Dirazia di Indonesia

Karena berbagai alasan, ratusan buku pernah dirazia di Indonesia. Inilah sebagian buku terlarang itu.

Baca Selengkapnya

Pekan Buku Sruntul Volume 2 di Warung Mbah Cokro Surabaya

29 Juli 2023

Pekan Buku Sruntul Volume 2 di Warung Mbah Cokro Surabaya

Pekan Buku Sruntul Volume 2 di Warung Mbah Cokro Surabaya berlangsung pekan lalu.

Baca Selengkapnya

Kenang Pramoedya Ananta Toer dan Karya-karyanya, Tak Cuma Bumi Manusia

6 Februari 2023

Kenang Pramoedya Ananta Toer dan Karya-karyanya, Tak Cuma Bumi Manusia

Pramoedya Ananta Toer salah seorang sastrawan legendaris Indonesia, ia menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan dalam 41 bahasa.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Resmikan TMTB di TPU Karet Bivak, dari Fatmawati hingga Pramoedya Ananta Toer

15 Oktober 2022

Anies Baswedan Resmikan TMTB di TPU Karet Bivak, dari Fatmawati hingga Pramoedya Ananta Toer

Anies Baswedan meresmikan Taman Makam Tokoh Bangsa (TMTB) di TPU Karet Bivak. Berikut 14 tokoh, ada Fatmawati hingga Pramoedya Ananta Toer.

Baca Selengkapnya

Hari Ini di Tahun 2000, Pramoedya Ananta Toer Menerima Penghargaan Fukuoka

26 Juni 2022

Hari Ini di Tahun 2000, Pramoedya Ananta Toer Menerima Penghargaan Fukuoka

Pramoedya Ananta Toer menerima penghargaan utama Fukuoka yang diberikan ke tokoh-tokoh Asia yang berkontribusi bidang akademis, seni, dan budaya.

Baca Selengkapnya

Pramoedya Ananta Toer Berusia 97 Tahun, Netizen Ramaikan Lini Masa Twitter

6 Februari 2022

Pramoedya Ananta Toer Berusia 97 Tahun, Netizen Ramaikan Lini Masa Twitter

Pada masa Orde Baru, mendapatkan buku-buku karya Pramoedya Ananta Toer harus diperoleh dengan cara bergerilya.

Baca Selengkapnya

Gus Dur dan Permintaan Maaf atas Pembantaian 1965

4 Oktober 2021

Gus Dur dan Permintaan Maaf atas Pembantaian 1965

Gus Dur pernah meminta maaf atas pembantaian yang menimpa ratusan ribu terduga simpatisan PKI setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S)

Baca Selengkapnya

Organisasi-Organisasi yang Dianggap Berafiliasi Dengan PKI

29 September 2021

Organisasi-Organisasi yang Dianggap Berafiliasi Dengan PKI

Setelah peristiwa G30S, anggota organisasi yang dianggap terkait dengan PKI diburu dan ditangkap

Baca Selengkapnya

Menilik Keeksotisan Pulau Buru

28 September 2021

Menilik Keeksotisan Pulau Buru

Dahulu, Pulau Buru dikenal sebagai tempat pembuangan dan pengasingan bagi para tahanan politik Orde Baru.

Baca Selengkapnya