Mengintip Kesamaan Budaya Masyarakat Adat Suku Boti dengan Baduy

Jumat, 20 Juli 2018 13:42 WIB

Suku Boti di Provinsi Nusa Tenggara Timur dikenal menolak modernisasi. Mereka mempertahankan adat istiadat dengan teguh.

TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat adat masih banyak yang mempertahankan tradisi mereka. Suku Baduy di Banten misalnya. Meski digempur modernisasi di sekitarnya, tanah adat di sana terlarang segala yang modern masuk mempengaruhi masyarakat adat setempat.

Di Provinsi Nusa Tenggara Timur, aku juga menjumpai masyarakat adat yang menolak modernisasi. Mereka teguh mempertahankan tradisi mereka.

Suku Boti. Ke sanalah aku hari ini. Tanpa rencana. Pertama kali mendengarnya dua tahun lalu waktu pertama kali ke Kupang. Singgah di salah satu toko kain tenun, tertarik dengan salah satu motif. Eh, ternyata motif itu dari Boti.

Konon katanya suku Boti adalah suku paling menolak modernisasi di Nusa Tenggara Timur. Lokasinya katanya sangat terpencil, dan belum dialiri listrik. Katanya mistis masih sangat kuat. Yang paling dipercayai semua orang: makanan akan tiba-tiba muncul apabila kita bertamu. Oh ya, satu lagi: katanya kalau siapa pun yang akan datang ke sana, Bapa Raja akan tahu siapa yang akan datang, berapa orang, apakah orang baik atau jahat, dan kapan akan datang.

Aku akan ceritakan apa yang terjadi tadi.

Advertising
Advertising

Pertama, lokasinya memang jauh. Berada di Kecamatan Ki’e, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Sekitar hampir tiga jam dari Kota Soe, atau enam jam dari Kupang. Jalanan bukan terisolasi, tapi memang akses yang masih sangat buruk. Jalan masih batuan sertu dan tanah liat.

Kedua, suku Boti adalah penghayat kepercayaan Uis Neno Ma Uis Pah. Seperti Parmalim di Sumatera Utara, Sunda Wiwitan di Jawa Barat, dan Marapu di Sumba.

Ketiga, lokasi Suku Boti tinggal belum dialiri listrik, kecuali genset yang ada di rumah Bapa Raja. Rumah Bapa Raja sendiri yang sudah berlantai keramik dan berdinding kayu. Masyarakat lainnya tinggal di Rumah Bulat, rumah adat di NTT. Selain listrik, masyarakat juga sudah memakai baju, dan bawahan adalah kain tenun. Mahal ya pakaian sehari-hari mereka

Keempat, makanan dan minuman yang tiba-tiba muncul itu kayaknya fiksi. Tadi kami disuguhi kopi, jagung bunga (popcorn tradisional), dan pisang goreng (tanpa tepung ya!). Kopinya memang masih panas, tapi jagung bunga dan pisang sudah dingin. Artinya gak ada yang tiba-tiba muncul ya gaes! Ada banyak mama-mama yang menyediakannya.

Kelima, Bapa Raja (mungkin) tidak tahu kami akan datang. Karena kami awalnya memang tidak berencana ke sana. Juga Bapa Raja sedang tidak berada di rumah saat kami tiba.

Di luar itu semua, hal menariknya adalah mereka memang masih memegang teguh adat istiadat. Ada aturan yang tak tertulis, juga hal-hal yang tak bisa diperbincangkan bebas.

Misalnya, laki-laki tidak diperbolehkan memotong rambut. Kalau anak lebih dari dua, maka salah satunya tidak akan bersekolah untuk menghindari ilmu pengetahuan yang mengkontaminasi kebudayaan. Jumlah Bapa Raja sebelumnya yang diketahui hanya empat generasi, selebihnya tidak bisa dibahas. Ada loppo (pondok) yang khusus diperuntukkan bagi Bapa Raja. Suku Boti mengenal sembilan hari dalam seminggu, dan hari kesembilan adalah hari beristirahat.

Mari berkunjung ke Suku Boti!

Tulisan ini sudah tayang di Gustersihombing

Berita terkait

Hari Bumi 22 April, Ford Foundation Ingatkan Soal Keadilan Tata Kelola Tanah Adat

13 hari lalu

Hari Bumi 22 April, Ford Foundation Ingatkan Soal Keadilan Tata Kelola Tanah Adat

Ford Foundation menilai Hari Bumi bisa menjadi momentum untuk mengingatkan pentingnya peran komunitas adat untuk alam.

Baca Selengkapnya

Ketua Adat Sorbatua Siallagan Ditangkap Polda Sumut Atas Laporan Toba Pulp Lestari

39 hari lalu

Ketua Adat Sorbatua Siallagan Ditangkap Polda Sumut Atas Laporan Toba Pulp Lestari

Sorbatua Siallagan gencar melawan upaya pencaplokan Toba Pulp Lestari. Ia dilaporkan karena menduduki kawasan hutan di area konsesi PT TPL.

Baca Selengkapnya

Komitmen Iklim Uni Eropa Dipertanyakan, Kredit Rp 4 Ribu Triliun Disebut Mengalir ke Perusak Lingkungan

41 hari lalu

Komitmen Iklim Uni Eropa Dipertanyakan, Kredit Rp 4 Ribu Triliun Disebut Mengalir ke Perusak Lingkungan

Sinarmas dan RGE disebut di antara korporasi penerima dana kredit dari Uni Eropa itu dalam laporan EU Bankrolling Ecosystem Destruction.

Baca Selengkapnya

Ombudsman Minta OIKN Hati-hati di Pembebasan Lahan Warga Kawasan IKN

43 hari lalu

Ombudsman Minta OIKN Hati-hati di Pembebasan Lahan Warga Kawasan IKN

Ombudsman meminta Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) hati-hati dalam pembebasan lahan warga di kawasan IKN.

Baca Selengkapnya

Terkini: Jokowi akan Resmikan Bandara Mutiara Sis Al-Jufri Pasca Kena Gempa 2018, Polemik Pembangunan IKN Terakhir Dugaan Penggusuran Masyarakat Adat

44 hari lalu

Terkini: Jokowi akan Resmikan Bandara Mutiara Sis Al-Jufri Pasca Kena Gempa 2018, Polemik Pembangunan IKN Terakhir Dugaan Penggusuran Masyarakat Adat

Dalam waktu dekat Presiden Jokowi bakal meresmikan Bandara Mutiara Sis Al-Jufri, Palu, setelah direkonstrasi usai terdampak Gempa Palu pada 2018.

Baca Selengkapnya

Reaksi DPR hingga Amnesty International Soal Rencana Penggusuran Warga Pemaluan demi IKN

48 hari lalu

Reaksi DPR hingga Amnesty International Soal Rencana Penggusuran Warga Pemaluan demi IKN

Anggota DPR mengingatkan jangan sampai IKN membuat warga setempat jadi seperti masyarakat adat di negara lain yang terpinggirkan.

Baca Selengkapnya

Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

48 hari lalu

Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

AMAN mengidentifikasi belasan masyarakat adat di IKN Nusantara dan sekitarnya. Mereka terancam rencana investasi proyek IKN dan dampak krisis iklim.

Baca Selengkapnya

Pakar Sosiologi Unair Tekankan Dialog Hukum Adat dan Negara untuk Selesaikan Konflik Masyarakat Adat-IKN

48 hari lalu

Pakar Sosiologi Unair Tekankan Dialog Hukum Adat dan Negara untuk Selesaikan Konflik Masyarakat Adat-IKN

Dialog, komitmen, dan simpati dari pihak IKN terhadap masyarakat lokal dinilai belum terwujud.

Baca Selengkapnya

Anggota DPR: Masyarakat Adat di IKN Jangan Diperlakukan seperti Aborigin di Australia

49 hari lalu

Anggota DPR: Masyarakat Adat di IKN Jangan Diperlakukan seperti Aborigin di Australia

Anggota DPR mengatakan bahwa jangan sampai IKN membuat warga setempat menjadi seperti masyarakat adat di negara-negara lain yang terpinggirkan.

Baca Selengkapnya

Soal Ultimatum Otorita IKN, Pakar Sebut Hukum Tak Melindungi Masyarakat Adat

49 hari lalu

Soal Ultimatum Otorita IKN, Pakar Sebut Hukum Tak Melindungi Masyarakat Adat

Pakar hukum Unair menyebut sejumlah kebijakan terbaru otorita IKN sebagai salah satu bukti hukum yang belum melindungi masyarakat adat.

Baca Selengkapnya