Agar Tidak Ikut Jalan Radikal

Selasa, 21 Agustus 2018 23:53 WIB

Seorang santri menulis dalam bahasa Arab selama bulan suci Ramadan di Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, 18 Mei 2018. Bulan suci Ramadan tidak hanya berarti berpuasa ulai fajar hingga senja, tapi juga belajar secara intensif tentang Al-Quran. REUTERS/Beawiharta

TEMPO.CO, Jakarta - Banyak cara agar kita tidak ikut-ikutan radikal. Ya, pemerintah saat ini tengah memerangi radikalisme. Tindakan yang patut didukung masyarakat agar Indonesia ini damai. Organisasi kemasyarakatan agama seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah pun membantu program deradikalisasi yang diinisiasi pemerintah.

Masyarakat pun bisa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari agar kita tidak mengikuti jalan radikal.

Beberapa waktu lalu, dalam pertemuan dengan sejumlah alumni Al-Azhar di Solo, Jawa Tengah, Grand Syeikh Al-Azhar menyampaikan sesuatu yang layak kita renungkan. “Kami di Mesir telah terperangkap dalam perseteruan isu agama yang sangat keras. Jangan sampai kondisi itu kalian alami di Indonesia. Maka agar Indonesia tidak seperti Mesir dan bahkan Suriah, jawabannya adalah Wasatiyyah harus segera dikibarkan di Indonesia,” demikian isi amanah Grand Syeikh kepada Ikatan Alumni.

Saya tidak datang dalam pertemuan itu. Saya mengetahuinya dari seorang teman sesama lulusan Al-Azhar yang hadir. Meski tidak mendengar langsung, pesan itu cukup jelas.

Apa itu Wasathiyah?

Advertising
Advertising

Wasathiyah berasal dari kata wasath yang berarti tengah. Sejumlah teman mengartikannya sebagai moderasi atau moderat. Dalam bahasa Inggris, moderate berarti yang sedang-sedang saja.

Kata ini diambil dari ayat 143 dari surat Al-Baqarah

Dan demikianlah kami jadikan kalian umat pertengahan (wasatha), agar menjadi saksi bagi seluruh umat manusia dan Rasulullah akan menjadi saksi untuk kalian.”

Setelah menerangkan tentang perpindahan kiblat, ayat ini ditutup dengan: “Sesungguhnya Allah kepada manusia itu Maha Kasih, Maha Sayang.

Konsep ini juga didasarkan pada perkataan seorang sahabat Nabi SAW: “Sebaik-baik hal adalah yang paling tengah.”

Maksudnya, yang paling tengah adalah, tidak ekstrem ke sisi-sisi lainnya. Dalam kehidupan modern, kata moderat memang paling pas untuk mengartikan hal ini. Tidak ekstrem dalam beragama seperti halnya Al-Qaidah atau ISIS, atau sebaliknya.

Sejumlah kelompok menganggap tidak tepat jika wasathiyah diartikan sebagai moderat, karena moderat cenderung masuk ke wilayah abu-abu dan tidak ingin berkonflik. Tapi, jika kita melihat sejumlah ayat di dalam Al-Quran dan hadits, jelas sekali bahwa dalam beragama kita tidak dapat mengambil sisi ekstrem.

Dalam surat Hud ayat 112 dinyatakan: “Dan berlaku luruslah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan kepada orang-orang yang bertaubat bersamamu. Dan jangan berlebihan.”

Berlaku lurus tapi tidak berlebihan, itu kuncinya.

Tulisan ini sudah dimuat di Almuslim

Berita terkait

Prabowo Tiba di Kantor PBNU, Karpet Merah Digelar

4 hari lalu

Prabowo Tiba di Kantor PBNU, Karpet Merah Digelar

Prabowo disambut oleh Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf dan Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas.

Baca Selengkapnya

Menteri hingga Panglima TNI Dijadwalkan Hadir di Halalbihalal PBNU

4 hari lalu

Menteri hingga Panglima TNI Dijadwalkan Hadir di Halalbihalal PBNU

Halalbihalal PBNU juga akan dihadiri duta besar negara sahabat.

Baca Selengkapnya

Prabowo-Gibran Dijadwalkan Hadiri Halalbihalal PBNU Hari ini

4 hari lalu

Prabowo-Gibran Dijadwalkan Hadiri Halalbihalal PBNU Hari ini

Prabowo dijadwalkan menyampaikan pidato di acara tersebut.

Baca Selengkapnya

PMII Berdiri Sejak 1960, Ini Alasan dan Tugas Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia

14 hari lalu

PMII Berdiri Sejak 1960, Ini Alasan dan Tugas Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia

Ini alasan berdirinya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau PMII pada 1960.

Baca Selengkapnya

Tersangka Penyerang Gereja Sydney Tidak Menunjukkan Tanda-tanda Radikalisme

15 hari lalu

Tersangka Penyerang Gereja Sydney Tidak Menunjukkan Tanda-tanda Radikalisme

Ayah remaja yang ditangkap karena menikam seorang uskup di Sydney tidak melihat tanda-tanda radikalisme pada putranya.

Baca Selengkapnya

'Tragedi' Lebaran 2011, Opor Ayam Sudah Dibuat Penetapan Idul Fitri Mundur Sehari

20 hari lalu

'Tragedi' Lebaran 2011, Opor Ayam Sudah Dibuat Penetapan Idul Fitri Mundur Sehari

Masih ingat Lebaran 2011, saat pemerintah mundurkan sehari Idul Fitri. Emak-emak protes opor yang sudah dibuat tak jadi disantap esok hari.

Baca Selengkapnya

Hilal Sudah Terlihat, Muhammadiyah Tetapkan Idulfitri 1445 H Rabu 10 April 2024

23 hari lalu

Hilal Sudah Terlihat, Muhammadiyah Tetapkan Idulfitri 1445 H Rabu 10 April 2024

Keputusan berdasar pada Hisab Hakiki Wujudul Hilal yang jadi pedoman Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.

Baca Selengkapnya

Lebaran Tanggal Berapa? Ini Jadwal Idul Fitri 2024 Versi Muhammadiyah dan NU

23 hari lalu

Lebaran Tanggal Berapa? Ini Jadwal Idul Fitri 2024 Versi Muhammadiyah dan NU

Idul Fitri jatuh tanggal berapa? Untuk Muhammadiyah sudah ditetapkan jika Idul Fitri jatuh pada hari Rabu, 10 April 2024. Lalu, NU kapan?

Baca Selengkapnya

PBNU dan PP Muhammadiyah Tanggapi Hasil Rekapitulasi KPU Tetapkan Prabrowo-Gibran Menang Pilpres 2024

39 hari lalu

PBNU dan PP Muhammadiyah Tanggapi Hasil Rekapitulasi KPU Tetapkan Prabrowo-Gibran Menang Pilpres 2024

KPU menetapkan Prabowo-Gibran menang Pilpres 2024. Begini tanggapan PBNU dan PP Muhammadiyah, dua ormas terbesar di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Pertama Kali PPP Gagal Masuk Senayan, Ini Profil Partai dengan Tagline Rumah Besar Umat Islam

41 hari lalu

Pertama Kali PPP Gagal Masuk Senayan, Ini Profil Partai dengan Tagline Rumah Besar Umat Islam

PPP salah satu partai terlama sejak Orde Baru, selain PDIP dan Golkar. Ini profil dan perolehan suara sejak Pemilu 1999, 2004, 2009, 2014, 2019, 2024

Baca Selengkapnya