Traveling Seru di Taman Nasional Sebangau

Selasa, 2 Oktober 2018 13:19 WIB

Taman Nasional Sebangau, tak jauh dari Palangkaraya, ibu kota Kalimantan Tengah.

TEMPO.CO, Jakarta - Traveling ke Taman Nasional Sebangau! Sudah lama saya ingin ke tempat ini. Namanya demikian akrab di kuping saya, tapi tak pernah saya melihatnya. Dekat di hati dan kuping, tapi jauh di mata.

Sejak kecil, saat duduk di bangku SD, kala masih bersekolah di Palangkaraya, saya sudah mengenal nama Sebangau. Waktu SMP pernah juga, dengan beberapa teman, saya nyaris bersepeda ke tempat ini. Nyaris, karena ada niat, tapi tak sampai. Tidak mungkin bisa ke sana, karena selain jauh, jalannya pun melewati hutan-hutan. Dan kami tahu di hutan itu bisa saja muncul binatang mengerikan seperti ular, beruang, orangutan dll.

Berpuluh tahun kemudian Sebangau berubah. Jalan makin terbuka dan bagus. Tempat itu menjelma menjadi tempat rekreasi cukup popular di Kalimantan Tengah. Dan lokasinya, jaraknya, seakan hanya ada di ujung hidung bagi mereka yang sudah menjejakkan kaki di Palangkaraya.

Kalau rindu harus dituntaskan, demikian ujar sebuah petikan sebuah kalimat di sebuah novel, yang pernah saya baca, tapi lupa judulnya. Provokatif tapi bisa jadi benar. Rindu tak dituntaskan bisa menjelma macam-macam. Bisa jadi penyakit, dan minimal menjadi rindu akut….

Rindu pada Sebangau pun demikian juga. Apalagi, seorang teman, yang memiliki usaha travel berkaitan dengan “bisnis wisata” di Kalimantan Tengah menitip pesan, “Bantuin ya Om promosiin Taman Nasional Sebangau, juga usaha saya…..” katanya. Permintaan ini langsung menjadi prioritas utama. Rindu menjadi prioritas kedua….Ya bagaimana bisa membantu jika tidak traveling ke Sebangau? Bagaimana bisa menggambarkan kemolekan Sebangau jika tak melihat lekak-lekuk Taman Nasional yang secara administrasi masuk wilayah Kabupaten Katingan tersebut?

Advertising
Advertising

Itu sebabnya, beberapa waktu lalu, saat teman-teman menggelar acara Reuni Spekat –SMP Katolik di Palangkaraya- saya mengusulkan ada acara jalan-jalan ke Sebangau. Teman-teman setuju, apalagi ternyata banyak juga yang belum pernah ke sana. Bahkan kemudian, acara ke Sebangau ini juga digabungkan dengan acara bakti sosial, memberi sumbangan kepada para nelayan di Sebangau. Kami ke sana pada Hari Sabtu, setelah malam sebelumnya saya me-launching novel saya Rumah di Atas Kahayan, novel tentang Palangkaraya.

Sebangau, yang ada Danau Sebangaunya itu, dikenal dengan keunikan sungainya, yakni air sungainya berwarna hitam —karena tanah gambut. Luasnya Taman Nasional Sebangau sekitar 542.141 hektare. Di Taman itu ada sedikitnya, demikian menurut penelitian, 182 jenis burung dan 54 spesies ular, termasuk tentu saja ular piton, sanca, dan lain-lain.

Tak jauh sekarang ke Sebangau, tak sampai satu jam. Kami datang di saat yang bisa disebut kurang pas: kemarau sudah menyentuh bumi Kalimantan, dan Sebangau terkena dampaknya. Air danau menyurut, debu ke mana-mana. “Kalau normal, air tingginya dua meter dari sekarang,” kata seorang teman menunjuk bangunan yang kini menonjol di atas air. Oh ya, ada catatan lain tentang tempat ini: kurang tertatanya jalan menuju dermaga tempat bertambatnya kapal dan perahu. Hal penting yang perlu diperhatikan untuk sebuah daerah wisata.

Pesona Sebangau langsung muncul begitu kita melihat danaunya. Hutannya yang masih tersisa, serta perahu yang bisa membawa kita berputar-putar di sana. Ada sejumlah transportasi air yang bisa disewa -saya anjurkan menyewa saja- untuk membawa kita berkeliling Sebangau sekitar 4 jam-an.

Kalau mau sedikit berpetualang, naiklah perahu bermesin. Asyik, bisa ngebut, dan bisa masuk ke sungai lebih kecil. Dengan perahu ini kita bisa menjelajah lebih jauh, hingga setengah hari, tempat-tempat mengasyikkan di Sebangau, termasuk melakukan treking di hutan. Ada guide bagi Anda yang ingin melakukan petualangan seperti ini. Jika berminat silakan hubungi penulis.

Kami memilih kapal bermuatan 30 orang untuk “jalan-jalan” ke Sebangau. Namanya reuni tentu saja meriah. Ada yang bernyanyi, menari, dan lebih banyak lagi, ya foto-fotoan. Teman-teman, termasuk yang tampaknya “pendiam” tiba-tiba ingin berfoto bak peragawati di anjungan perahu. Pemandangan hutan Sebangau dan air sungai kehitaman menciptakan latar belakang yang indah.

Di atas kapal, sejumlah teman juga menari poco-poco, sembari tertawa-tawa riang. Meriah. Sejumlah perahu yang berpapasan dengan kapal kami penumpangnya serta merta menoleh, melihat ke arah kami dan mungkin bertanya-tanya, penumpang udik dari mana yang menari-nari di atas kapal itu. “Memang jarang ada penumpang menari-nari kayak gini,” ujar pengemudi perahu –sekaligus pemilik perahu- yang bekerja sembari membawa istri dan anaknya, yang keduanya tertidur di atas tikar, sambil tersenyum. “Kalau ada gelombang besar dia terbangun. Kalau gelombang kecil makin lama tidurnya,” katanya lagi sambil menunjuk anaknya yang mungkin umurnya masih di bawah satu tahun.

Sekitar 3 jam-an kami menyusuri sungai Sebangau, melihat kiri kanan hutan sebelum akhirnya kembali ke dermaga.

Saya ingin suatu ketika kembali ke Sebangau lagi, berperahu di musim yang tidak kemarau, menghirup bau air sungai yang bergambut. Juga menari-nari di atas kapal….

Tulisan ini sudah tayang di Catatanbaskoro

Berita terkait

Dipenjara Israel 20 Tahun, Penulis Palestina Menangkan Hadiah Arab Bergengsi

8 jam lalu

Dipenjara Israel 20 Tahun, Penulis Palestina Menangkan Hadiah Arab Bergengsi

Penulis Palestina Basim Khandaqji, yang dipenjara 20 tahun lalu di Israel, memenangkan hadiah bergengsi fiksi Arab pada Ahad

Baca Selengkapnya

Traveling di Usia 100 Tahun, Perempuan Ini Dikira Anak Dibawah Umur yang Perlu Pendampingan

4 hari lalu

Traveling di Usia 100 Tahun, Perempuan Ini Dikira Anak Dibawah Umur yang Perlu Pendampingan

Ketika traveling dengan pesawat, dia otomatis masuk dalam kategori anak bawah umur yang harus didampingi supervisor.

Baca Selengkapnya

Timnas Tajikistan Lolos 8 Besar Piala Asia U-23 2024, Berikut 8 Rekomendasi Destinasi wisata di Negara Asia Tengah Itu

4 hari lalu

Timnas Tajikistan Lolos 8 Besar Piala Asia U-23 2024, Berikut 8 Rekomendasi Destinasi wisata di Negara Asia Tengah Itu

Timnas Tajikistan berhasil lolos 8 besar Piala Asia U-23 2024. Di manakah letak negara ini, destinasi wisata apa saja yang ditawarkannya?

Baca Selengkapnya

Traveling ke Macau, Jangan Lewatkan 9 Destinasi Wisata Gratis

6 hari lalu

Traveling ke Macau, Jangan Lewatkan 9 Destinasi Wisata Gratis

Menikmati liburan di Macau tidak harus selalu mengeluarkan biaya mahal

Baca Selengkapnya

Tips Menghindari Tagihan Telepon Bengkak saat Traveling ke Luar Negeri

7 hari lalu

Tips Menghindari Tagihan Telepon Bengkak saat Traveling ke Luar Negeri

Banyak pelancong yang tidak menyadari bahwa ponsel mereka menggunakan data roaming yang biayanya jauh lebih mahal saat traveling ke luar negeri.

Baca Selengkapnya

Traveling ke Luar Negeri, Turis Amerika Kaget Dapat Tagihan Telepon Rp2,3 Miliar

8 hari lalu

Traveling ke Luar Negeri, Turis Amerika Kaget Dapat Tagihan Telepon Rp2,3 Miliar

Sebelum traveling, turis tersebut sudah mengunjungi toko operator selularnya supaya bisa menggunakan paket data internasional.

Baca Selengkapnya

Alasan Bandara Internasional John F. Kennedy Termewah di Amerika Serikat

18 hari lalu

Alasan Bandara Internasional John F. Kennedy Termewah di Amerika Serikat

Di antara 69 bandara di dunia, Bandara Internasional John F. Kennedy yang termewah di Amerika Serikat

Baca Selengkapnya

Sastrawan Yudhistira Massardi Berpulang, Berikut Karya dan Penghargaan Sepanjang Kariernya

26 hari lalu

Sastrawan Yudhistira Massardi Berpulang, Berikut Karya dan Penghargaan Sepanjang Kariernya

Sastrawan Yudhistira Massardi meninggal dalam usia 70 tahun pada Selasa 2 April 2024 di RSUD Bekasi. Ini karya dan penghargaan yang diterimanya.

Baca Selengkapnya

Karya Abadi Yudhistira Massardi, Arjuna Mencari Cinta dari Trilogi Novel Hingga Layar Lebar

26 hari lalu

Karya Abadi Yudhistira Massardi, Arjuna Mencari Cinta dari Trilogi Novel Hingga Layar Lebar

Arjuna Mencari Cinta, novel populer karya Yudhistira Massardi pernah difilmkan pada 1979. Judul novelnya pernah dikutip jadi lagu dan sinetron.

Baca Selengkapnya

Aktivis Kuatkan Alasan Petambak Jadi Tersangka Perusak Lingkungan di Karimunjawa

38 hari lalu

Aktivis Kuatkan Alasan Petambak Jadi Tersangka Perusak Lingkungan di Karimunjawa

Persidangan kasus kriminalisasi warga Karimunjawa ungkap bukti-bukti pencemaran lingkungan akibat aktivitas tambak udang.

Baca Selengkapnya