Awas, Polusi Udara Bisa Kerdilkan Otak Anak

Kamis, 1 November 2018 17:18 WIB

Suasana gedung bertingkat terlihat samar oleh selimut kabut dan asap polusi di Jakarta Selatan, Kamis, 26 Juli 2018. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

TEMPO.CO, Jakarta -Dampak polusi udara di dunia makin mengerikan. Setiap hari sekitar 93 persen anak di dunia, yaitu 1,8 miliar anak menghirup udara yang sangat tercemar, sehingga menempatkan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan mereka pada risiko yang serius. Tragisnya, banyak dari mereka meninggal, bahkan WHO memperkirakan pada tahun 2016, sekitar 600.000 anak meninggal akibat infeksi paru-paru yang disebabkan oleh polusi udara.

Laporan WHO yang baru dikeluarkan pada Senin, 29 Oktober 2018 tentang polusi udara dan kesehatan anak, berisi tentang anjuran meresepkan udara bersih (prescribing clean air). Selain itu, juga menekan dampak besar polusi udara di luar ruang dan udara rumah tangga terhadap kesehatan anak, terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Laporan ini diluncurkan pada konferensi pertama WHO tentang kaitan antara pencemaran udara dengan kesehatan (Global Conference on Air Pollution and Health).

“Udara yang tercemar meracuni jutaan anak dan menghancurkan hidup mereka,” kata Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO. “Ini tidak dapat dimaafkan. Setiap anak harus dapat menghirup udara bersih, sehingga mereka dapat tumbuh dan mencapai potensi penuh mereka.”

Salah satu alasan penting mengapa anak sangat rentan terhadap efek polusi udara adalah bahwa mereka bernapas lebih sering, sampai 50 kali per menit daripada orang dewasa yang hanya 30 kali per menit, dan menyerap lebih banyak polutan. Selain itu, mereka juga hidup lebih dekat ke tanah, di mana beberapa polutan mencapai konsentrasi puncak di permukaan tanah, justru pada saat otak dan tubuh mereka sedang berkembang.

Advertising
Advertising

Bayi baru lahir dan anak juga lebih rentan terhadap polusi udara rumah tangga, khususnya yang menggunakan bahan bakar dan teknologi pencemar untuk memasak, pemanasan ruang dan pencahayaan kamar. Polusi udara mampu mengerdilkan otak anak (stunting our children’s brains) dan mempengaruhi kesehatan mereka dengan cara yang lebih ganas dari yang kita duga. Namun demikian, sebenarnya ada banyak cara langsung untuk mengurangi emisi polutan berbahaya.

Kebijakan sehat yang perlu didukung misalnya peralihan memasak sehat dengan bahan bakar gas, mempromosikan penggunaan alat transportasi yang bebas polusi, perumahan hemat energi, dan perencanaan kota yang hijau. Selain itu, pembangkit listrik dengan emisi rendah yang lebih aman, teknologi industri yang lebih bersih, dan pengelolaan sampah kota yang lebih baik.

Di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah di seluruh dunia, 98 persen dari semua anak balita terpapar pada tingkat PM 2.5, di atas pedoman kualitas udara WHO. PM 2.5 adalah partikulat debu melayang atau ‘Suspended Particulate Matter’ (SPM) yaitu campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari < 1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron.

Sebagai perbandingan, di negara berpenghasilan tinggi, hanya 52 persen anak balita yang terpapar pada tingkat kualitas udara yang sama. Lebih dari 40 persen populasi dunia, termasuk 1 miliar anak di bawah 15 tahun, terpapar pada tingkat polusi udara rumah tangga yang tinggi, terutama dari proses memasak dengan bahan bakar yang mencemari.

Sekitar 600.000 kematian pada anak dan remaja dikaitkan dengan polusi udara pada 2016. Polusi udara rumah tangga dari proses memasak dan pencemaran udara luar ruang menyebabkan lebih dari 50% infeksi pernapasan akut bagian bawah, terutama pneumonia, pada anak balita di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Polusi udara adalah salah satu dari ancaman utama terhadap kesehatan anak, terhitung hampir 1 dari 10 kematian pada anak balita.

Selengkapnya baca di Dokterwikan

Berita terkait

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

1 hari lalu

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

Berita tentang kenaikan UKT di ITB masih mengisi Top 3 Tekno Berita Terkini.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

1 hari lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

TPA Piyungan Yogya Ditutup Permanen, Ini Jurus Bantul Cegah Aksi Buang Sampah Sembarangan

1 hari lalu

TPA Piyungan Yogya Ditutup Permanen, Ini Jurus Bantul Cegah Aksi Buang Sampah Sembarangan

Penutupan TPA Piyungan di Bantul ternyata membuka masalah baru, banyak warga membuang sampah sembarangan.

Baca Selengkapnya

Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

2 hari lalu

Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

Anak panglima militer dan pemimpin de facto Sudan meninggal di rumah sakit setelah kecelakaan lalu lintas di Turki.

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

2 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

2 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

2 hari lalu

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

Sejauh ini, 30 anak telah meninggal karena kelaparan dan kehausan di Gaza akibat blokade total bantuan kemanusiaan oleh Israel

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

2 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

2 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

2 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya