Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pura Kecil yang Melambangkan Keberagaman di Ujung Pulau Jawa

image-gnews
Umat Hindu mengelilingi padma saat upacara ritual Melasti di Pantai Boom, Banyuwangi, Jawa Timur, 15 Maret 2018. Umat Hindu di Banyuwangi menggelar ritual Melasti menjelang Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1940 guna mensucikan diri dan alam semesta. ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
Umat Hindu mengelilingi padma saat upacara ritual Melasti di Pantai Boom, Banyuwangi, Jawa Timur, 15 Maret 2018. Umat Hindu di Banyuwangi menggelar ritual Melasti menjelang Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1940 guna mensucikan diri dan alam semesta. ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -Pura kecil di pengujung timur Pulau Jawa. Jauh dari hingar bingar kota tak menyurutkan niatan mereka. Lahan yang mereka tempati tak kunjung memiliki surat hak milik. Berasal dari berbagai daerah dengan latar belakang berbeda tak membuat mereka berselisih, karena mereka memiliki tujuan yang sama; bertahan hidup.

Meski ditumbuhi berbagai pohon besar, kesan panas dan sepi langsung hinggap di pikiran saya kala siang itu saya bersama enam teman menginjakkan kaki pertama kali di Dusun Kutorejo, Desa Kalipait, Banyuwangi. Jalanan berbatu dan hanya cukup untuk satu mobil yang dikelilingi kebun semakin menguatkan kesan pertama saya terhadap desa ini.

Saya berada di desa ini untuk melakukan observasi pada masyarakat Dusun Kutorejo dalam rangka perjalanan panjang Badan Khusus Pelantikan Mapala UI 2013 yang diadakan di Taman Nasional Alas Purwo (TNAP). Tim yang singgah di TNAP sejak 27 Januari – 7 Februari 2014 dibagi menjadi tiga; tim besar di dalam hutan yang berusaha untuk menelusuri bukti peninggalan Kerajaan Majapahit yang menurut keyakinan masyarakat setempat pernah singgah di tempat itu, tim kecil yang menjaga base komunikasi di Pantai Plengkung, dan tim observasi masyarakat di Dusun Kutorejo.

Kami melakukan observasi mengenai keberagaman warga dusun tersebut. Pada rencana awal penelitian kami hanya berlangsung selama tiga hari, namun karena satu dan lain hal waktu penelitian diperpanjang menjadi satu minggu.

Berinteraksi langsung dengan warga selama satu minggu lebih perlahan meluruhkan kesan pertama saya terhadap desa ini dan menguak berbagai realita tentang mereka. Rupa-rupanya warga di desa ini tidak hanya berasal dari Banyuwangi saja.

Jika banyak orang dari berbagai daerah lebih memilih untuk merantau ke kota, tidak dengan warga disini. Terdiri dari warga asli dan pendatang yang sudah bertahuntahun tinggal di Dusun Kutorejo, mayoritas dari mereka bermata pencaharian sebagai petani dan pencari kerang. Sebagian kepala rumah tangga merantau ke Bali atau daerah lainnya sebagai pekerja tambang dan tidak sedikit perempuan yang mengadu nasib ke luar negeri dengan menjadi tenaga kerja wanita.

Nyatanya hidup bertani jugalah tidak mudah untuk dijalani. Lahan yang mereka tempati buktinya tidak dapat mereka miliki karena telah dimiliki oleh pihak Perhutani. Masyarakat hanya dapat menyewa lahan tersebut 3 sampai 4 tahun. Itu pun belum termasuk jika pohon milik Perhutani sudah mulai tumbuh, warga tentu tidak dapat menggunakan lahan tersebut dan harus menunggu bukaan lahan yang baru. Jika kesempatan untuk bertani dirasa tidak cukup menguntungkan, mereka akan beralih menjadi pencari kerang di rawa-rawa sekitar dusun. Apapun pekerjaannya, yang penting mampu mencukupi kebutuhan mereka dan halal.

Bukan hanya dari segi ekonomi yang dapat disoroti dari kehidupan masyarakat di Kalipait ini. Kehidupan masyarakatnya yang sangat beragam juga patut dijadikan sebagai pembelajaran. Masyarakatnya tidak hanya berasal dari suku Osing – suku asli Banyuwangi yang sering juga disebut Wong Blambangan – namun juga berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Mayoritas masyarakat Desa Kalipait beragama Hindu, disusul Buddha dan Islam sebagai agama yang lainnya.

Menurut kepercayaan masyarakat, nenek moyang mereka merupakan orang-orang dari Kerajaan Majapahit yang kabur ke daerah Banyuwangi dari kejaran pasukan Kerajaan Demak. Hal ini juga dikuatkan dengan adanya pura Kawitan di dalam TNAP yang katanya juga merupakan peninggalan dari Majapahit. Jika hal ini memang benar, tidak mengherankan jika mayoritas agama disini adalah Hindu, mengingat Majapahit adalah sebuah kerajaan Hindu.

Keberagaman ini dapat dilihat dari adanya sebuah pura kecil di Desa Kalipait, yang “ditemani” juga dengan keberadaan sebuah vihara dan masjid yang letaknya berdekatan. Pernah suatu sore saya melihat warga yang ingin beribadah di pura berpapasan dengan mereka yang ingin sholat di masjid.

Tak ada ekspresi mengejek sedikitpun di wajah mereka, yang ada justru penawaran bantuan untuk membawakan sesaji yang cukup banyak itu. Layaknya kehidupan di desa pada umumnya, setiap ada warga yang akan mengadakan acara pun, seluruh warga akan turut membantu. Umat beragama di Kalipait hidup tanpa terjadi gesekan, sangat berbeda jika dibandingkan dengan beberapa wilayah lain– terutama kota besar, yang sangat sensitif jika membicarakan tentang keyakinan seseorang.


Tinggal di atas lahan yang masih belum dapat dimiliki, menanam di lahan milik institusi pemerintah, membuat sarana transportasi secara swadaya, dan persamaan lain yang dimiliki mereka satukan untuk menyingkirkan perbedaan yang sensitif di antara 
mereka; agama agar mereka dapat mencapai satu tujuan mereka berada di Kalipait: bertahan hidup.

Tulisan sudah tayang di Ireswastiwi

 

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


3 Perbedaan Gunung Ruang dan Gunung Raung

19 jam lalu

Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulut meletus pada pukul 19.19 WITA. ANTARA/Foto diambil dari grup percakapan 'Info Gunung Api Sitaro'.
3 Perbedaan Gunung Ruang dan Gunung Raung

Dengan perbedaan signifikan dalam lokasi, aktivitas vulkanik, dan dampak lingkungan, Gunung Ruang dan Gunung Raung menunjukkan perbedaannya.


Kementerian PUPR Anggarkan Rp 200 Miliar untuk Revitalisasi Pasar Banyuwangi

19 jam lalu

Penjual rempah-rempah menambah stok temulawak di lapaknya di Pasar Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis 5 Maret 2020. Penjualan rempah-rempah seperti temulawak, jahe merah dan kapulaga yang bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh itu meningkat dari 50 kilogram per hari menjadi satu kuintal per hari sejak pengumuman pasien positif terjangkit virus corona COVID-19 di Indonesia. ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
Kementerian PUPR Anggarkan Rp 200 Miliar untuk Revitalisasi Pasar Banyuwangi

Kementerian PUPR mulai merevitalisasi Pasar Banyuwangi yang menjadi pusat perbelanjaan dan kawasan heritage pada pertengahan tahun 2024 ini.


Sekilas Nama Mirip, Jangan Salah Bedakan Gunung Ruang dan Gunung Raung

1 hari lalu

Foto handout yang disediakan oleh Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (BASARNAS) menunjukkan asap dan abu erupsi Gunung Ruang dilihat dari desa Tagulandang, Sulawesi Utara, Indonesia, 19 April 2024. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi ( PVMBG) Kementerian ESDM melaporkan Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, meletus pada 16 April malam. Akibat letusan Gunung Ruang, 272 KK atau sekitar 828 jiwa dievakuasi. EPA-EFE/BASARNAS
Sekilas Nama Mirip, Jangan Salah Bedakan Gunung Ruang dan Gunung Raung

Gunung Ruang dan Gunung Raung, meskipun memiliki nama yang mirip merupakan dua gunung berapi yang berbeda.


Mahkamah Agung Bebaskan Dua Petani Desa Pakel Banyuwangi, Permohonan Kasasi Dikabulkan

1 hari lalu

Peserta aksi mogok makan menuntut pembebasan tiga petani pakel yang ditangkap secara paksa, aksi ini berlangsung di depan Kementerian Agraria dan tata Ruang/Badan Pertahanan Nasional, Jakarta Selatan, Senin, 20 Februari 2023. Mulai pukul 10:30, massa mulai aktif membentangkan poster tuntutan sampai memajang surat pernyataan dari beberapa elemen yang terlibat. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Mahkamah Agung Bebaskan Dua Petani Desa Pakel Banyuwangi, Permohonan Kasasi Dikabulkan

Tim advokasi akan menunggu pemberitahuan resmi dari MA untuk mengeluarkan dua petani Desa Pakel yang permohonan kasasinya dikabulkan.


Tersandung Rok Sendiri, Wisatawan Asal Cina Tewas Terjatuh di Jurang Blok Sunrise Kawah Ijen

5 hari lalu

Pengunjung melihat kawah dari kaldera Gunung Ijen di Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu, 4 Juni 2023. TWA Ijen yang telah ditetapkan sebagai anggota UNESCO Global Geopark (UGG) itu ramai dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara saat liburan. ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
Tersandung Rok Sendiri, Wisatawan Asal Cina Tewas Terjatuh di Jurang Blok Sunrise Kawah Ijen

Nahas menimpa HL, 31 tahun, seorang wisatawan asal Cina saat melakukan pendakian di Kawah Ijen, Sabtu, 20 April 2024.


126 Ribu Wisatawan Berkunjung ke Banyuwangi Selama Libur Lebaran

7 hari lalu

Pantai Pulau Merah Banyuwangi, Jawa Timur (TEMPO/Lourentius EP)
126 Ribu Wisatawan Berkunjung ke Banyuwangi Selama Libur Lebaran

Destinasi yang paling banyak dikunjungi di Banyuwangi selama libur Lebaran salah satunya Pantai Marina Boom


Digelar Tujuh Hari, Tradisi Seblang Olehsari di Banyuwangi Dipadati Pengunjung

8 hari lalu

Penari Seblang mengenakan omprok (hiasan kepala) dari janur, daun pisang muda, dan hiasan bunga segar untuk menutup kepala dan wajah. Tradisi ini digelar 15-21 April 2024 (Diskominfo Kabupaten Banyuwangi)
Digelar Tujuh Hari, Tradisi Seblang Olehsari di Banyuwangi Dipadati Pengunjung

Seblang merupakan salah satu tradisi adat suku Osing di Banyuwangi dalam mengejawantahkan rasa syukurnya.


Komnas HAM Ungkap Warga Desa Pakel Kecewa dengan Pemda Banyuwangi, Polres, dan PT Bumisari

18 hari lalu

Anis Hidayah, komisioner Komnas HAM turun ke Pakel Banyuwangi, terkait konflik lahan antara warga dengan PT Bumisari. Istimewa
Komnas HAM Ungkap Warga Desa Pakel Kecewa dengan Pemda Banyuwangi, Polres, dan PT Bumisari

Komisoner Komnas HAM Anis Hidayah turun untuk meninjau lokasi dan situasi konflik lahan di Desa Pakel, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi.


Buatan Dalam Negeri, Kapal Angkatan Laut Sembulungan Perkuat Pengamanan Selat Bali

23 hari lalu

Kapal Angkatan Laut (KAL) Sembulungan II-5-42. Foto: Humas Banyuwangi
Buatan Dalam Negeri, Kapal Angkatan Laut Sembulungan Perkuat Pengamanan Selat Bali

Kedatangan kapal baru Kapal Angkatan Laut Sembulungan II-5-42 menambah kekuatan pengamanan laut di Banyuwangi, salah satu pintu masuk Pulau Jawa.


KKP Bangun Kampung Nelayan Modern di Banyuwangi, Sedot Anggaran Rp 22 Miliar

25 hari lalu

Ilustrasi nelayan. TEMPO/Dasril Roszandi
KKP Bangun Kampung Nelayan Modern di Banyuwangi, Sedot Anggaran Rp 22 Miliar

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan membangun Kampung Nelayan Modern (Kalamo) di Pantai Ancol Plengsengan, Kelurahan Lateng, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi. Proyek ini akan menyedot anggaran sekitar Rp 22 Miliar.