TEMPO.CO, Jakarta - Dua bulan lalu saya ke Jepang lagi. Kali ini saya punya kesempatan lebih banyak untuk mencicipi menu makanan dan street food di sana. Ketakutan kalau salah pilih menu yang haram tentu saja ada. Tapi, saya mencoba untuk selalu aktifin google translate dan scanning terlebih list ingredients-nya. Sementara saat jajan street food, saya pasti sempetin berbincang sama penjualnya untuk menanyakan apakah menu yang mereka jajakan bebas dari segala unsur babi dan alcohol. Setelahnya, bismillah aja kalau sudah yakin. Hehe.
Karena ada beberapa menu yang membekas di ingatan saya, jadi ini dia nih menu-menu jajanan di Jepang yang saya cobain pada bulan Maret lalu:
Aneka Minuman dari Vending Machine
Kali kedua ke Jepang, saya nggak melewatkan kesempatan untuk jajan menu minuman di vending machine yang hits dan populer jadi background foto itu. Saya nyobain beberapa menu minuman, tetapi salah melewatkan kesempatan untuk mencoba peach soda yang selalu direkomendasikan orang-orang. Saya justru nyobain menu kopi susu dan cokelatnya. Ada yang bikin happy karena enak, tetapi ada juga yang zonk alias nggak enak. Yah, namanya iseng-iseng nyobain yah! Ini nih beberapa minuman yang saya cobain selama perjalanan kemarin. Ada yang bikin kamu penasaran?
Mencicipi Takoyaki, Yakitori, dan Taiyaki di Fushimi Inari Taisha
Salah satu street food yang membuat saya merem melek mengunyahnya adalah takoyaki yang dijajakan persis di pintu keluar kompleks wisata Fushimi Inari Taisha, Kyoto. Takoyaki di sini jauh lebih montok ketimbang takoyaki yang saya pernah makan di Indonesia. Plus, daging guritanya nggak pelit. Jadi kerasa banget rasa seafood-nya. Untuk satu porsi takoyaki ini harganya 500 yen. Harga yang normal untuk menu-menu street food di Jepang.
Selain Takoyaki, saya juga mencoba sate khas Jepang yang disebut Yakitori. Yakitori ini menggunakan daging ayam yang dibakar bersama daun bawang sehingga wangi gurihnya beda. Untuk rasanya sendiri beda jauh dengan sate di Indonesia ya. Rasa dagingnya lebih dominan karena rasa rempah yang mereka gunakan nggak sekuat masakan di Indonesia.
Setelah mencoba dua menu tersebut, saya juga sempat mencicipi menu lain yang nggak kalah hits yaitu, Taiyaki. Taiyaki ini mengingatkan saya pada wafel dan mungkin adonannya memang tidak jauh berbeda. Hadir dengan rasa dominan manis, taiyaki punya bentuk yang unik berupa ikan. Berhubung saya bukan pecinta makanan manis, saya pun hanya mencicipi taiyaki punya teman. Sengaja nggak beli sendiri karena sayang kalau wafel seharga 300 yen ini nggak berhasil saya habiskan.
Mochi Stroberi, Dessert Kenyal yang Manis Asam
Mochi menjadi salah satu menu dessert yang populer di Jepang. Kue beras ini hadir dengan tekstur kenyal dan biasanya diisi dengan saus kacang manis, cokelat, atau krim matcha. Sewaktu mengeksplor Kiyomizu-dera, saya nyobain mochi dengan isian krim cokelat yang manis dipadu dengan topping strawberry yang asam. Rasanya nano-nano tapi nagih. Kalau kamu ke Jepang, wajib untuk mencicipi jajanan yang satu ini. Biasanya untuk satu mochi akan dijual seharga 300 yen. Harga yang cukup pas dengan rasa yang ditawarkannya.
Rice Cake Gurih
Masih di sekitaran Kiyomizu-dera, saya nyobain street food lain berbentuk bulat pipih. Street food ini disebut rice cake. Disajikan dengan cara dipanggang dan dibumbui gurih dengan topping nori. Awalnya saya nggak yakin street food yang satu ini enak. Makanya, saya pun hanya membeli 1 pcs saja. Tapi selanjutnya saya menyesal karena rice cake ini enak banget. Apalagi untuk 1 pcs-nya hanya 100 yen. Wah, kalau ada kesempatan ke Kyoto lagi pasti saya bakal mampir membeli makanan ini. Oiya, lokasi penjualnya deket banget dengan kedai Starbuck tradisional di Ninenzaka. Mudah banget nemuinnya!