TEMPO.CO, Jakarta - Setan berasal dari bahasa Arab, syaithan. Kata ini memiliki akar kata syatan yang berarti tali panjang (Al-Mu’jam Al-Washith). Mungkin karena inilah setan yang menggoda Adam kerap digambarkan seperti seekor ular panjang.
Selain berarti tali panjang, syathan juga berarti jauh atau menjauhkan (Al-Mu’jam Ar-Ra’id). Dengan demikian, bisa diartikan sebagai menjauhkan sesuatu dari kebenaran.
Adapun syaithan adalah, “Setiap sesuatu yang membawa keburukan dan merusak.” (Al-Mu’jam Al-Wasith). Bahkan setan bisa merupakan diri kita sendiri. Niat jahat yang ingin kita lakukan, iri, permusuhan, dengki, sangka buruk, yang ada dalam diri kita bisa membuat kita menjadi setan.
Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kalian berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kalian ketahui.”
(QS. Al-Baqarah: 168-169).
Terjemahannya persis seperti kata evil dalam bahasa Inggris.
Inilah kenapa kita harus membaca ta’awudz (audzu billahi minasy-syaithan ar-rajiim). Taawudz adalah pengkondisian diri kita sebelum membaca Al-Quran. Mempersiapkan jiwa kita agar siap membaca ayat-ayat Al-Quran dengan benar. Diharapkan, setelah membaca ta’awudz, kita akan memiliki kejernihan pikiran dan hati. Karena hanya dengan pikiran dan hati yang jernih, Al-Quran bisa dibaca dengan benar.
Kekuatan ta’awudz bukan pada pengucapannya, tapi pada bagaimana kita menyadari dan meresapkan maknanya. Artinya, saat membaca itu kita tidak hanya membacanya, tapi men-set diri kita untuk menghilangkan semua keburukan yang ada pada diri kita sebelum membaca Al-Quran.
Jika kita membaca ta’awudz tapi dalam diri kita masih ada kebencian dan kekejian, maka semua ayat dalam Al-Quran terlihat seperti menyuruh kita untuk membenci dan berbuat keji. Dan saat ini terjadi, maka setan (jin, manusia, atau diri kita sendiri) telah berhasil menggoda kita, menyelewengkan kita dari kasih Tuhan.
Jadi, untuk mengusir setan sebenarnya adalah dengan mengusir semua pengaruh buruk dan kejahatan dalam diri kita. Berkonsentrasi pada kebaikan. Berusaha untuk tidak menuruti emosi. Dan, jangan salahkan Iblis kalau kita tergoda. Bisa jadi, kita sendiri yang menjadi setan dan menggoda diri kita.
Tulisan ini sudah tayang di Almuslim