Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kondisi Sudah Gawat, Ayo Cegah Penyakit Tropis Terabaikan

image-gnews
Seorang wanita membawa bayinya yang terjangkir penyakit kala azar dalam keranjang diatas kepalanya menuju rumah sakit Medecins Sans Frontieres atau dokter tanpa batas (MSF) di Lankien, Selatan Sudan, 14 Januari 2015. Kala azar merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh gigitan lalat pasir parasit. REUTERS/MSF/Karel Prinsloo/Handout via Reuters
Seorang wanita membawa bayinya yang terjangkir penyakit kala azar dalam keranjang diatas kepalanya menuju rumah sakit Medecins Sans Frontieres atau dokter tanpa batas (MSF) di Lankien, Selatan Sudan, 14 Januari 2015. Kala azar merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh gigitan lalat pasir parasit. REUTERS/MSF/Karel Prinsloo/Handout via Reuters
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu, 3 Oktober 2018 mempublikasikan data bahwa pada 2017 lebih dari 1 miliar orang telah menerima obat pencegahan atau kemoterapi preventif setidaknya satu dari lima penyakit tropis terabaikan atau Neglected Tropical Diseases (NTD). Apa yang perlu disadari?

Penyakit Tropis Terabaikan meliputi penyakit kaki gajah (filariasis limfatik), buta sungai (onchocerciasis), kecacingan (helminthiases), infeksi mata (trachoma) dan demam keong (schistosomiasis). Pada 2017, terdapat 1 miliar 55 juta orang di seluruh dunia telah dirawat untuk setidaknya menderita satu dari lima Penyakit Tropis Terabaikan. Untuk pengobatan pencegahan beberapa penyakit NTD tersebut, lebih dari satu tablet diperlukan sesuai dengan usia.

Filariasis adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing filaria. Di Indonesia, penyakit ini lebih dikenal dengan istilah kaki gajah atau elefantiasis. Onchocerciasis adalah infeksi cacing gelang Onchocerca volvulus. Infeksi ini ditularkan melalui gigitan blackflies (lalat hitam dari keluarga Simuliidae yang hidup di sungai). Lalat tersebut menggigit orang yang terinfeksi dan membawa prelarva cacing yang disebut microfilarie sampai ke mata dan dapat menyebabkan kebutaan.

Helminthiasis atau kecacingan adalah infestasi satu atau lebih cacing parasit usus yang terdiri dari cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura) dan cacing kait (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale). Penyakit mata trachoma adalah infeksi bakteri Chlamydia trachomatis pada mata. Sedangkan schistosomiasis merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh cacing Schistosoma dan dibawa oleh keong Oncomelania, sehingga penyakit ini sering kali disebut sebagai demam keong.

Pencapaian penting selama tiga tahun berturut-turut, adalah pemberian lebih dari 1 miliar setiap tahun, obat cacing atau anthelmintik dan antibiotik yang disumbangkan oleh industri farmasi. Perencanaan, pengiriman dan distribusi global dikoordinasikan oleh WHO. Pengiriman telah dilakukan untuk lebih dari 1,5 miliar tablet, untuk perawatan lebih dari 1 miliar individu di seluruh dunia. Total terjadi 170 kali pengiriman obat, dengan total berat 1.889 ton, ke 80 negara, termasuk ke Indonesia, yang disebut sebagai program Pemberian Obat Pencegahan Massal. 

Keberhasilan kampanye pengobatan berskala besar bergantung pada kedatangan tepat waktu, semua obat di gudang farmasi nasional negara-negara endemik. Langkah awal adalah pengajuan permintaan obat ke WHO, yang biasanya didasarkan pada laporan dari tahun sebelumnya. Waktu tunggu biasanya mencapai 8–10 bulan, sebelum tanggal kampanye nasional dalam skala besar yang direncanakan.

Jadwal kampanye pemberian obat yang terencana baik, juga membantu perusahaan farmasi multinasional, untuk menyumbangkan obat sesuai jadwal produksi mereka dengan lancar. Koordinasi, pasokan, dan pengiriman obat yang lebih baik, telah mengalami kemajuan dalam pelaksanaan program eliminasi NTD.

Kampanye nasional pemberian obat telah menyebabkan beberapa negara melaporkan penghapusan NTD. Filariasis limfatik telah dieliminasi sebagai masalah kesehatan masyarakat di Kamboja, Kepulauan Cook, Mesir, Maladewa, Kepulauan Marshall, Niue, Sri Lanka, Thailand, Togo, Tonga dan Vanuatu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Trachoma telah dieliminasi sebagai masalah kesehatan masyarakat di Kamboja, Ghana, Republik Islam Iran, Republik Demokratik Rakyat Laos, Meksiko, Maroko, Nepal dan Oman. Di Wilayah Amerika, onchocerciasis telah dieliminasi di Kolombia, Ekuador, Guatemala dan Meksiko. 

Dari sejumlah 236 Kabupaten dan Kota di Indonesia yang merupakan daerah endemis filariasis atau kaki gajah, sebanyak 150 Kab/Kota masih melaksanakan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM). Sementara itu, 86 Kab/Kota lainnya telah selesai melaksanakan POPM selama lima tahun berturut-turut, dan sedang dalam tahap evaluasi, untuk menuju visi Indonesia Bebas Kaki Gajah 2020.

Saat ini schistosomiasis masih ada di Indonesia, meskipun hanya dijumpai di 28 desa di Sulawesi Tengah, yaitu di 5 desa di Kabupaten Sigi dan 23 desa di Kabupaten Poso. Jumlah penduduk di kawasan tersebut ini berkisar antara 30.639 orang.

Data tentang buta sungai (onchocerciasis) dan infeksi mata (trachoma) di Indonesia tidak terlaporkan, tetapi prevalensi kebutaan masih mencapai 0,9%. Menurut The International Agency for the Prevention of Blindness (2017), prevalensi kebutaan di Indonesia adalah nomer 3 di Asia Tenggara.

Menurut Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) Kementerian Kesehatan Vensya Sitohang, angka prevalensi cacingan di Indonesia tahun 2016 masih mencapai 28,12 persen. Pada hal, kerugian akibat cacing gelang bagi seluruh penduduk Indonesia dalam kehilangan karbohidrat diperkirakan senilai Rp 15,4 miliar/tahun serta kehilangan protein senilai Rp 162,1 miliar/tahun.

Tulisan ini sudah tayang di Dokterwikan

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Waspada Heat Wave, Apa Penyebab dan Bahayanya?

1 hari lalu

Waspada Heat Wave, Apa Penyebab dan Bahayanya?

Heat wave atau gelombang panas dapat menyebabkan dampak negatif bagi tubuh dan kulit, seperti heat stroke dan kanker kulit. Apa penyebabnya?


WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

3 hari lalu

Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono  dalam konferensi pers bertajuk Menuju Eliminasi Lemak Trans di Indonesia pada 6 Mei 2024 di Jakarta/Tempo-Mitra Tarigan
WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

Ada banyak dampak buruk konsumsi lemak trans dalam kadar yang berlebih. Salah satu dampak buruknya adalah tingginya penyakit kardiovaskular.


Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

5 hari lalu

Presiden AS Joe Biden besama mantan presiden AS Barack Obama meninggalkan Air Force One di Bandara Internasional John F Kennedy di New York, AS 28 Maret 2024. REUTERS
Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden


Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

6 hari lalu

PM Israel Benyamin Netanyahu dan istrinya, Sara. REUTERS
Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.


WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

6 hari lalu

Warga Palestina menikmati pantai pada hari yang panas, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Rafah, di selatan Jalur Gaza, 24 April 2024. REUTERS/Mohammed Salem
WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.


Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

8 hari lalu

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat ditemui di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (27/2/2024). ANTARA.
Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.


Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

10 hari lalu

UNDP, WHO dan Kemenkes kolaborasi proyek yang didanai oleh Green Climate Fund (GCF) untuk waspadai dampak Perubahan Iklim di bidang Kesehatan/Tempo- Mitra Tarigan
Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.


Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca-Pandemi COVID-19

14 hari lalu

Seorang pria yang mengenakan masker berjalan melewati ilustrasi virus di luar pusat sains regional di tengah wabah penyakit virus corona (COVID-19), di Oldham, Inggris, 3 Agustus 2020. [REUTERS/Phil Noble]
Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca-Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.


WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

28 hari lalu

Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

Kenali ragam penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global.


Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

31 hari lalu

Ilustrasi protokol kesehatan / menjaga jarak atau memakai masker. ANTARA FOTO/FB Anggoro
Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

Hari Kesehatan Sedunia 2024, diharapkan terwujudnya kesehatan bagi semua agar mendapat akses pelayanan kesehatan bermutu.